WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) dilaporkan akan bergabung dalam pembicaraan tentang kelanjutan kesepakatan nuklir Iran di Ibu Kota Austria, Wina, Selasa (6/4). Pembicaraan yang dinamai negara 4 + 1 tersebut digelar setelah Washington menarik diri dari perjanjian itu pada 2018.

Menjelang pembicaraan AS mengatakan bahwa pihaknya siap untuk meninjau sanksi kunci terhadap Iran jika itu sesuai dengan kesepakatan nuklir 2015.

Presiden AS, Joe Biden, mengatakan dia siap untuk membalikkan keputusan pendahulunya, Donald Trump, dengan bergabung kembali ke perjanjian itu untuk memastikan Iran tidak pernah mengembangkan program nuklir militer.

Departemen Luar Negeri mengonfirmasi bahwa Rob Malley yang ditunjuk oleh Presiden Joe Biden, sedang melakukan perjalanan ke Wina untuk memimpin delegasi AS, tetapi tidak berharap untuk bertemu langsung dengan perwakilan dari Iran. "Tidak dapat disangkal bahwa kami mendekati ini dengan urgensi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, kepada wartawan.

Price menegaskan kembali bahwa AS siap untuk keputusan sanksi pencabutan, tetapi hanya yang terkait dengan masalah nuklir. "Kami pasti tidak akan memberikan isyarat atau konsesi sepihak untuk mendorong Iran ke tempat yang lebih baik," kata Price.

"Formulasi asli adalah salah satu yang masih berlaku sampai sekarang. Itu adalah pencabutan sanksi nuklir secara terbatas dengan imbalan pembatasan permanen dan dapat diverifikasi pada program nuklir Iran," katanya, mengacu pada teks perjanjian itu.

Tetapi, Iran menuntut diakhirinya sanksi AS semasa Trump menjabat, yang telah melumpuhkan negara itu dan telah menolak untuk bertemu dengan negosiator AS pada pembicaraan terbaru. Dengan demikian, maka negara-negara Eropa akan bertindak sebagai perantara dalam perjanjian itu.

Iran mengatakan pertemuan itu untuk "berbicara tentang jalan pencabutan sanksi".

"Apakah agenda komisi bersama membuahkan hasil atau tidak tergantung pada Eropa dan 4 + 1 mengingatkan AS tentang kewajibannya dan Amerika bertindak berdasarkan komitmen mereka," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, di Teheran.

"Bagaimana dan di mana 4 + 1 berbicara dengan AS adalah urusan mereka sendiri," katanya kepada wartawan.

Iran pada Januari mengonfirmasi bahwa pihaknya memperkaya uranium hingga kemurnian 20 persen, jauh melampaui ambang batas yang ditetapkan dalam kesepakatan 2015 itu.

Namun demikian, Ali Vaez dari International Crisis Group, yang memantau perselisihan itu, mencuit bahwa pembicaraan tersebut menjadi sinyal jelas bahwa AS dan Iran "serius untuk memecahkan inersia".

Karena tidak ada pihak yang bersedia untuk mengambil langkah awal, para ahli seperti Vaez telah menyarankan para negosiator dapat membuat kesepakatan "isyarat-isyarat" untuk memecahkan kebuntuan.

Uni Eropa dijadwalkan akan memimpin pembicaraan antara anggota pakta 2015 saat ini, yakni Iran, Tiogkok, Prancis, Jerman, Russia, dan Inggris yang akan dimulai pada Selasa. Delegasi AS akan bertemu di tempat yang berbeda dengan negosiator UE yang bertindak sebagai perantara.

Direktur untuk Kebijakan Non-proliferasi di wadah pemikir Asosiasi Pengendalian Senjata, Kelsey Davenport, mengatakan format pembicaraan tidak ideal, tetapi UE berada dalam posisi yang baik untuk memecahkan kebuntuan.

Menurutnya, pembicaraan itu menjadi langkah awal yang berani oleh kedua belah pihak, untuk mendorong momentum yang sangat dibutuhkan ke dalam proses itu. n SB/AFP/P-4

Baca Juga: