TOKYO - Jepang akan menerima laporan akhir dari badan pengawas nuklir PBB pada Selasa (4/7) yang diperkirakan akan menyetujui rencana PLTN Fukushima melepaskan air radioaktif ke laut selama 30 hingga 40 tahun ke depan.

Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi memulai kunjungan empat hari ke Jepang pada hari Selasa. Dia akan bertemu dengan Perdana Menteri Fumio Kishida dan menyampaikan hasil tinjauan keamanan selama dua tahun.

Jepang belum menentukan tanggal pelepasan air, sementara menunggu tinjauan akhir IAEA dan persetujuan resmi dari badan pengawas nuklir nasional untuk Tokyo Electric Power (TEPCO).

Rencana pemerintah Jepang disusun pada 2021, mendapat perlawanan sengit dari negara tetangganya termasuk Tiongkok, yang menyebut Jepang "tidak bertanggung jawab dan tidak populer" dan berpotensi mengancam keamanan pangan dan ekologi.Komunitas nelayan lokal juga takut akan risiko reputasi dan kerugian bisnis.

Jepang berencana melepaskan 1,3 triliun ton air yang digunakan untuk mendinginkan batang bahan bakar pembangkit listrik Fukushima yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami dahsyat pada 2011.

Air telah disaring untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kecuali tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.Air yang diolah akan diencerkan jauh di bawah tingkat tritium yang disetujui secara internasional sebelum dilepaskan ke Samudera Pasifik.

Pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia secara teratur melepaskan air limbah yang mengandung tritium di atas konsentrasi air olahan TEPCO.

Namun, konsumen Korea Selatan telah menimbun garam laut sebelum pelepasan air PLTN. Sementara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengecam rencana tersebut pada Senin dan mengatakan IAEA tidak boleh mendukungnya.

Baca Juga: