WASHINGTON - Sejumlah badan intelijen AS menemukan bahwa Presiden Russia Vladimir Putin kemungkinan besar tidak memerintahkan kematian pemimpin oposisi Alexei Navalny di kamp penjara pada Februari lalu, The Straits Times mengutip laporan Wall Street Journal (WSJ).

Meskipun penilaian tersebut tidak membantah kesalahan Putin atas kematian tersebut, namun ditemukan bahwa waktunya mungkin tidak sesuai dengan keinginan pemimpin Russia tersebut, kata laporan WSJ, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah itu.

Temuan ini diterima secara luas dalam komunitas intelijen dan dibagikan oleh beberapa lembaga, termasuk Badan Intelijen Pusat, Kantor Direktur Intelijen Nasional, dan unit intelijen Departemen Luar Negeri, menurut laporan tersebut.

Kematian misterius Navalny, seorang aktivis antikorupsi dan tokoh oposisi paling terkemuka Russia, di penjara Arktik pada bulan Februari memicu ketegangan baru antara Russia dan Barat pada saat hubungan keduanya retak akibat konflik Ukraina.

Kematian tersebut juga memicu aksi protes besar-besaran sejak invasi Februari 2022 ke Ukraina.

Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin lainnya menganggap pemimpin Russia itu bersalah, berdasarkan penargetan Kremlin selama bertahun-tahun terhadap Navalny.

Penilaian terbaru ini didasarkan pada serangkaian informasi seperti intelijen rahasia dan analisis fakta publik, termasuk waktu kematiannya dan bagaimana hal tersebut menutupi terpilihnya kembali Putin, kata laporan WSJ.

Beberapa badan intelijen Eropa telah diberitahu mengenai pandangan terbaru AS, sebutnya.

Navalny jatuh sakit saat berjalan-jalan di kamp penjara terpencil dengan keamanan maksimum di Arktik tempat dia terakhir ditahan, dan staf medis tidak dapat menyelamatkannya, kata otoritas penjara pada 16 Februari.

Baca Juga: