YOGYAKARTA - Merespon prediksi Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) DIY terkait puncak kasus di bulan Maret 2022, Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X mengimbau pentingnya pemahaman terkait pencegahan dan penanganan Covid-19 varian omicron. Sri Paduka menyebutkan bahwa dibutuhkan komunikasi yang positif dan insentif terkait protokol, isolasi mandiri (isoman), serta isolasi terpusat (isoter) tanpa menakut-nakuti masyarakat.

Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Perkembangan dan Penanganan Covid-19 di DIY yang diselenggarakan pada Senin (07/02) di Gedhong Pracimosono, Komplek Kepatihan, Yogyakarta.

Pada pertemuan tersebut, Sri Paduka turut menegaskan bahwa tidak ada instruksi menghentikan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah. "Kebijakan pelaksanaan PTM ditentukan oleh masing-masing daerah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan," ujar Sri Paduka.

Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie mengatakan, menurut data Dinas Kesehatan DIY per 6 Februari 2022, terdapat kenaikan kasus Covid-19 di DIY dalam sepuluh hari terakhir. Selain itu, trenpositivity ratejuga mengalami peningkatan, yaitu mencapai 2,14%. Padahal pada 8 Januari 2022, trenpositivity ratemasih di angka 0,04%.

"Kenaikan kasus Covid-19 ini disebabkan karena kecepatan replikasi varian omicron Covid-19 yang cukup tinggi. Meskipun begitu, tenaga dan fasilitas kesehatan di DIY masih mencukupi dan terkendali," imbuhnya.

Pembajun pun menuturkan, percepatan vaksin juga dinilai cukup baik di DIY, dengan cakupan vaksinasi dosis 1 mencapai 103,78% dan dosis 2 mencapai 95,55% dari sejumlah 2.879.699 sasaran. Kecukupan vaksin pun tidak perlu dikhawatirkan, cukup hanya dengan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.

"Beberapa kondisi yang mengharuskan kami siap siaga adalah kami terus melakukan 3T (testing, tracing, treatment) untuk semua kasus. Jadi semua kasus yang terkonfirmasi positif kita lakukan tracing," ujar Pembajun.

Berkaitan dengan penanganan varian omicron, Ketua Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana menegaskan, pihaknya akan fokus pada isoman dan isoter.

Menurut Biwara, banyak hal yang perlu disiapkan, termasuk mobilitas pasien, SOP pemindahan pasien, aksesibilitas, hingga kesiapan ambulans.

"Berdasarkan pada Kepmenkes terkait dengan penanganan Covid ini, bagi yang tidak bergejala itu diarahkan pada isoman, tentu dengan syarat rumah memenuhi untuk melaksanakan isoman. Gejala ringan itu di isoter. Kemudian yang bergejala berat, baru masuk rumah sakit," ungkap Biwara.

Sementara itu, Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengharapkan kerja sama antara Korem, Polda, serta kelurahan di setiap kabupaten/kota di DIY untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait pelaksanaan selama isoman. Hal ini termasuk soal kebutuhan dan fasilitas yang perlu dipenuhi untuk pasien isoman, seperti kamar mandi minimal berjumlah dua di rumah. Selain itu, pasien isoman bisa mengakses aplikasi Telemedicine untuk kebutuhan vitamin dan obat-obatan yang akan dipenuhi oleh puskesmas atau apotek terdekat.

"Tentu kita akan melaksanakan pemantauan terus menerus. Kalau pada saatnya memang pertambahan terhadap kasus aktif ini tidak terkendali, maka kita akan lakukan beberapa evaluasi lagi, bisa jadi karena PTM-nya, kemudian penyediaan bed rumah sakit, dan penyediaan tempat isoter perlu kita tingkatkan," imbuh Aji. (YK/N-3)

Baca Juga: