Jakarta - Kerja keras, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa kemiskinan ekstrem dapat diatasi dengan ketahanan dan kedaulatan pangan.

"Sebetulnya di kita itu makanan tidak kurang, tidak krisis pangan karena kita punya kedaulatan pangan, tetapi pola makan kita yang kadang karbohidrat semua. Inilah yang perlu dikoreksi bersama, harus protein hewani," ujar Hasto dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.

Hasto mencontohkan salah satu program inovasi ketahanan pangan dari Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yakni program bela beli, dimana masyarakat bisa menjual dan membeli hasil pangan produk sendiri.

"Madhep mantep mangan pangane dewe, madhep mantep ngombe banyune dewe, madhep mantep nganggo klambine dewe (mantap menggunakan atau mengonsumsi produk makanan, minuman, dan pakaian yang dihasilkan sendiri)," kata dia.

Sementara itu, Deputi bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nur Budi Handayani menyatakan bahwa Indonesia mesti keluar dari jebakan kemiskinan untuk mencegah angka stunting.

"Jebakan kemiskinan atau poverty trap yaitu keluarga miskin yang melahirkan keluarga miskin, akhirnya terjebak dan melahirkan anak stunting," ujar Nur.

Dirinya menyebutkan, strategi penghapusan kemiskinan ekstrem yaitu pengurangan beban, peningkatan pendapatan, dan menyediakan kantong kemiskinan.

"Kita sering lupa bahwa keluarga kecil yang baru menikah dan masih berada di keluarga miskin tidak tersentuh bantuan. Mereka bisa kita rangkul dan diberdayakan dengan diberikan modal, sehingga mereka menjadi orang yang berdaya dan mandiri," ucapnya.

Sementara, Penjabat Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan bahwa kegiatan ekonomi di Kulon Progo sudah banyak, dan sebagian besar melanjutkan program-program saat Hasto masih menjadi Bupati di kabupaten tersebut.

"(Prpgram bela beli) ini adalah awal bagaimana Kulon Progo mencintai produknya sendiri, selain itu, juga menciptakan motif batik yang sangat dikenal dengan geblek rentengnya, dan sudah ditetapkan menjadi ciri khas dari Kulon Progo," kata Dwipanti.

Dirinya berharap, dengan menggeliatnya ekonomi masyarakat di Kulon Progo, dapat meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat sehingga angka kemiskinan bisa menurun.

Ia juga memaparkan inovasi lain yakni Toko milik rakyat (Tomira), satu-satunya inovasi baru di Indonesia.

"Toko modern datang, Tomira solusinya. Hasil kerjasama yang kuat antara swasta (retail) dan pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi produk lokal," ucap dia.

Selain itu, Kulon Progo juga mengeluarkan kebijakan untuk beras daerah (rasda), dimana setiap aparatur sipil negara wajib membeli produk dari petani lokal 10 kg per bulan dalam rangka menstabilkan ekonomi masyarakat.

"Ada kuliner yang namanya geblek renteng, gula semut, tempe benguk, termasuk dawet sambel, itu belum ada di daerah lain. Ini bagian dari budaya tak benda dari Kulon Progo," imbuhnya.

Sebagai usaha meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengentaskan kemiskinan, dirinya bekerjasama dengan 10 universitas untuk melakukan pendampingan di 10 kelurahan.

"Mudah mudahan ini menjadi solusi, usaha kita tidak hanya melihat angka tapi dukungan dari semua pihak termasuk masyarakat untuk memajukan Kulon Progo," tuturnya.

Baca Juga: