Avangard yang merupakan resimen pertama sistem rudal strategis akan mulai bertugas pada akhir 2021.
Komandan Divisi Rudal ke-13 Rusia Mayor Jenderal Andrei Cherevko menyampaikan bahwa tugas untuk 2021 adalah menetapkan prosedur penyelesaian untuk menempatkan resimen rudal pertama dengan sistem rudal Avangard pada tugas tempur.
"Pekerjaan sedang berlangsung untuk mempersiapkan dua peluncur berbasis silo dengan rudal. Rudal akan ditempatkan di peluncur berbasis silo dan siap untuk siaga tempur pada kuartal keempat tahun ini," tegas Mayor Jenderal Andrei Cherevko, seperti dikutip TASS.
Diketahui, resimen pertama yang sebagian dipersenjatai dengan rudal hipersonik Avangard mengambil tugas tempur di Ural, Wilayah Orenburg. Sementara itu untuk resimen rudal hipersonik Avangard kedua akan siaga tempur pada 2023.
"Resimen kedua rudal balistik antarbenua dengan kendaraan boost-glide Avangard akan mengambil alih siaga tempur di Pasukan Rudal Strategis Rusia pada 2023," ujar komandan Divisi Rudal ke-13 Rusia.
Keunggulan Avangard
Avangard merupakan kendaraan luncur hipersonik berkemampuan nuklir yang dikembangkan oleh Federasi Rusia. Fitur unggulan Avangard adalah kemampuannya untuk terbang dengan kecepatan hipersonik hingga 28 Mach, dapat bermanuver di jalur penerbangannya, serta menembus pertahanan anti-rudal. Untuk diketahui, 28 Mach atau 28 kecepatan suara setara dengan 34.574,4 kilometer per jam.
Senjata hipersonik Avangard ini pertama kali diungkap oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Maret 2018. Selain itu, rudal tersebut memiliki sistem luncur yang membuatnya mampu bermanuver secara canggih.
Maka dari itu Rusia mengklaim, sangat mustahil untuk melawan Avangard. Selain itu, Avangard juga bisa menembus sistem pertahanan rudal saat ini dan di masa depan. Bahkan posisi senjata ini ada di atas rudal balistik antar benua, yakni bisa membawa hulu ledak nuklir hingga dua megaton.
Diketahui, rudal hipersonik itu mengenai sasaran target latihan sejauh 6.000 km dalam uji coba peluncuran di pangkalan rudal Dombrovskiy di Pegunungan Ural Selatan pada Desember 2018.