Untuk bisa mengatasi aksi separatis di daerah, khususnya di Papua maka pemerintah harus membuat kebijakan ekonomi daerah yang berkeadilan.

SURABAYA - Separatisme Papua akan terus mencari momentum untuk mencari simpati dan menabur kebencian melalui isu-isu ketidakadilan ekonomi. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu mengimbangi dengan kebijakan ekonomi daerah yang berkeadilan dan pendekatan gabungan antara sosial kultural, penegakan hukum, dan operasi militer terukur.

"Pemerintah perlu mengimbangi aksi separatis dengan kebijakan ekonomi daerah yang berkeadilan dan pendekatan gabungan antara sosial kultural, penegakan hukum, dan operasi militer terukur," kata pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) sekaligus peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam, kepada Koran Jakarta, di Surabaya, Rabu (8/2).

Surokim mengingatkan situasi dan kondisi ekonomi masyarakat akan dieksploitasi sedemikian rupa sehingga dijadikan sebagai jurus mengobarkan perlawanan. Hal ini harus diimbangi dengan kebijakan ekonomi daerah yang berkeadilan.

"Pemerintah perlu belajar dari penangganan separatis lebih komprehensif dengan metode pendekatan gabungan antara gerakan sosial kultural, penegakan hukum, dan operasi militer terukur," katanya.

Melemahkan Separatis

Menurut Surokim, takaran yang pas dari ketiganya akan bisa melemahkan moril separatis dan meruntuhkan moral perjuangan mereka. Tindakan pembakaran jelas akan menguatkan mental separatis sehingga harus dicegah melalui operasi khusus yang efektif.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua dilaporkan telah menyandera Mehrtens, seorang pilot dari Selandia Baru yang pesawatnya diserang setelah mendarat di wilayah pegunungan terpencil, Nduga.

Dikutip dari British Broadcasting Corporation (BBC) Indonesia, para penculik yang menyebut kelompoknya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), mengeklaim pria berusia 37 tahun itu dalam keadaan "aman".

Tetapi, mereka mengatakan tidak akan membebaskan Mehrtens sampai kemerdekaan Papua Barat diakui.

"Lima penumpang yang juga ada di dalam peaawat, termasuk seorang anak, telah dibebaskan karena mereka orang asli Papua," kata juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, kepada BBC Indonesia.

Aparat keamanan mengatakan mereka sedang mengerahkan tim pencarian dan penyelamatan. Namun, polisi mengakui mengalami kendala secara logistik karena daerah terpencil tersebut hanya bisa dijangkau melalui jalur udara.

Baca Juga: