JAKARTA - Keberadaan tiang kabel telekomunikasi yang tidak rapi sejauh ini masih menjadi masalah yang perlu diatasi. Kabel carut marut atau semrawut selain kurang nyaman dilihat, juga sering menyebabkan kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa.
Untuk mengatasi permasalah tersebut Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi (Apjatel) pada hari Selasa (30/7) menggelar kegiatan Simulasi dan Rancangan Konsep Desain Tiang Bersama Apjatel. Acara ini merupakan salah satu langkah organisasi dalam penyelesaian permasalahan kabel serat optik yang kian carut marut di banyak daerah di Indonesia.
Ketua Umum Apjatel Jerry Mangasas Swandy mengatakan, program penggunaan Tiang Bersama Apjatel ini merupakan salah satu inisiatif dalam menghadirkan solusi bagi para penyelenggara Jasa telekomunikasi berbasis serat optik di Indonesia untuk bersama-sama mengurangi resiko keamanan bagi masyarakat, serta mendukung tata kelola kota yang rapi dan nyaman.
"Kita tahu bahwa pengaturan kabel serat optik di banyak daerah masih carut marut sampai mengakibatkan kecelakaan mulai dari kecelakaan motor, kendaraan roda empat, hingga adanya korban jiwa," ujar dia melalui keterangan tertulis pada hari Rabu (31/7).
Ia menambahkan, kondisi tersebut memerlukan adanya tindak lanjut untuk segera dilakukan perapihan dan pengaturan secara menyeluruh. Karena itu Apjatel memberi beberapa solusi, salah satunya dalam bentuk penggunaan tiang bersama.
"Hari ini kami melakukan simulasi dari Mockup tiang yang telah dibangun sebelum nantinya direalisasikan secara masif," ujar Jerry.
Rancangan desain penggunaan tiang bersama ini adalah salah satu konsep solusi dari Apjatel untuk menyelesaikan permasalahan kabel serat optik di berbagai daerah di Indonesia. Selain memakai konsep tiang bersama untuk kabel udara, relokasi kabel udara ke kabel tanah (underground cable) yang juga akan dicanangkan.
Konsep Tiang Bersama Apjatel ini merupakan solusi untuk pengaturan kabel serat optik untuk kondisi jalan yang sempit. Tiang akan ditempatkan di sisi sebelah kanan dan kiri jalan, sehingga tidak mengganggu kenyamanan masyarakat namun tetap menjaga tata kelola kota yang baik.
Konsep Tiang Bersama Apjatel ini mencakup Tipe A, B dan C yang dalam implementasinya nanti akan disesuaikan dengan kondisi di daerah dengan mempertimbangkan space yang tersedia, kondisi di lapangan, biaya yang diperlukan, serta sisi fungsionalnya akan seperti apa.
"Untuk detail eksekusi-nya, kami akan akan bekerjasama dengan para pakar dengan mempertimbangkan banyak hal, termasuk finalisasi desain tiangnya dengan pihak konsultan, sehingga akan menjadi satu standardisasi nasional yang dapat difungsikan di seluruh wilayah di Indonesia," tambah Jerry.
Targetnya program ini akan mulai dijalankan secara masif di berbagai daerah di Indonesia pada tahun 2025 mendatang. Sementara untuk pilot project-nya sendiri akan dimulai dari wilayah Tangerang Selatan, dimana saat Apjatel telah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota dan juga perwakilan dari perusahaan penyedia jaringan di wilayah tersebut.
Secara keseluruhan, Apjatel juga telah berkoordinasi dengan perusahaan penyedia jaringan di wilayah Jabodetabek terkait dengan rencana implementasi program ini, sehingga diharapkan dapat segera dilakukan finalisasi dan dapat diimplementasikan di berbagai wilayah di Indonesia.
"Kami berharap program ini dapat menjadi solusi bagi Indonesia dalam hal pengaturan kabel serat optik yang dapat mengurangi resiko-resiko yang berpotensi merugikan masyarakat, sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan," tutup Jerry.