JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mengakui, saat ini, RI masih mengalami defisit daging sapi. Untuk menutupinya, pemerintah terpaksa harus mengimpor daging dari sejumlah negara mitra.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHNak) Kementan, Fini Murfiani menyatakan pihaknya terus mendorong implementasi program sapi/ kerbau komoditas andalan negeri (Sikomandan). Selama 2019-2020 telah lahir sebanyak 4,13 juta ekor anakan sapi/ kerbau dengan nilai setara 24,78 triliun rupiah, dengan asumsi harga sapi lepas sapih 6 juta rupiah per ekor. Sedangkan anggaran yang dikeluarkan sebesar 652,39 miliar rupiah.
Selain melaksanakan Program Sikomandan, untuk mencapai proporsi penyediaan daging sapi/ kerbau dalam negeri sebesar 70 persen pada 2024, maka perlu dilakukan berbagai upaya akselerasi peningkatan populasi dan produksi. "Salah satu solusinya dengan menambah indukan sapi/ kerbau dalam negeri melalui impor indukan," ujar Fini di Jakarta, Rabu (10/2).
Berdasarkan hasil simulasi dan parameter teknis, perlu dilakukan impor indukan sapi sebanyak 2 juta ekor secara bertahap pada 2021 hingga 2023. Potensi impor indukan tersebut berasal dari Meksiko, Australia, Spanyol, Amerika Serikat, dan Selandia Baru.
Peningkatan populasi dan produksi daging sapi/ kerbau melalui impor indukan ini juga diharapkan bisa menambah nilai ekonomi dari komoditas sapi/ kerbau sebesar 61,7 triliun rupiah dan penyerapan tenaga kerja sebesar 26,9 juta orang pada periode tahun 2020 sampai 2024.
Kemudian, program prioritas kedua adalah Pengembangan Usaha Peternakan Berbasis Korporasi melalui, penguatan kelembagaan dan manajemen kawasan yang mencakup pencatatan asset, penguatan asset, tata kelola operasional, organisasi, perencanaan bisnis, dan pembentukan badan hukum dalam satu manajemen.
Tak Seimbang
Disebutkan Fini, pada 2020, konsumsi daging sapi/ kerbau nasional sebesar 2,53 kilogram (kg) per kapita per tahun sehingga kebutuhannya mencapai 681.180 ton, dengan produksi/ stok dalam negeri sebesar 404.997 ton, maka masih terdapat defisit sebesar 276.183 ton.
Sementara, konsumsi daging sapi/ kerbau pada 2020 tersebut lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 2,66 kg per kapita per tahun atau defisit 4,89 persen, akibat pandemi Covid-19.
ers/E-10