Rusia diduga segera akan menginvasi Ukraina dalam waktu dekat, nampaknya ada yang mengatakan invasi tersebut akan dilakukan hari ini, Rabu (16/2). Akan tetapi belakangan tentara Rusia disebut ditarik dari perbatasan Ukraina.

Namun, dalam pernyataannya Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan Rusia tak ingin perang dan hanya ingin negoisasi.

Demikian Rusia dilaporkan telah menarik sebagian pasukannya di dekat Ukraina, namun sejumlah pihak termasuk Amerika Serikat tak percaya Moskow menarik mundur personelnya di perbatasan. Washington bahkan mewanti-wanti kemungkinan ancaman invasi Rusia ke Ukraina masih ada.

Presiden Joe Biden menerangkan, AS masih belum memiliki bukti terverifikasi jika Rusia benar-benar telah menarik mundur pasukan mereka menjauhi Ukraina.

Pada, konflik di perbatasan Ukraina belakangan ini tengah memanas usai Rusia mengerahkan ratusan ribu personel militer ke wilayah perbatasan. Moskow menggerakkan tentaranya lantaran takut Kiev akan bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sementara itu, bergabungnya Ukraina dengan NATO dinilai Rusia bisa mengancam eksistensi mereka. Pasalnya Ukraina berbatasan langsung dengan Rusia.

Hal lain, Amerika Serikat menuding penempatan pasukan Rusia di perbatasan ini sebagai bentuk rencana invasi. Meski, Moskow membantah dengan seiring eskalasi yang terus meningkat sejumlah negara menggelar negosiasi tapi tak menghasilkan apa pun.

Usai Uni Soviet Runtuh, NATO memperluas pengaruhnya ke wilayah Eropa timur.

Mereka selanjutnya berhasil merekrut negara-negara Eropa yang pernah berada di lingkungan komunis. Seperti misalnya, Lituania, Latvia dan Estonia kemudian ada Polandia dan Rumania.

Kemenangan tersebut semakin membuat NATO percaya diri untuk terus memperluas pergerakan mendekati Rusia. Diketahui blok ini diciptakan untuk melawan Uni Soviet.

Sampai pada 2008, mereka berencana merekrut Ukraina, meskipun beberapa pihak menilai itu prospek yang terlalu jauh.

Putin mengatakan ekspansi NATO sebagai ancaman. Selain itu langkah Ukraina yang akan bergabung dengan blok tersebut juga dinilai mengancam eksistensi negaranya.

Putin terus menerangkan Ukraina dan Belarus bagian dari Rusia secara budaya dan sejarah. Dirinya bahkan memegang kendali besar atas Belarus dan terus melakukan pembicaraan soal reunifikasi yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Meski demikian, konflik dengan Ukraina meletus pada awal 2014 yang memicu hubungan Timur-Barat memburuk. Ketika itu, protes massal terjadi di Ukraina, dan presiden yang bersekutu dengan Putin disingkirkan.

Rusia lalu dengan cepat menginvasi dan mencaplok Crimea yang merupakan wilayah perbatasan Ukraina. Moskow juga mendukung kelompok separatis yang ada di Donbas.

Namun pada 2015, kedua negara sepakat gencatan senjata di Donbas, Ukraina. Meski, kedua belah pihak saling menuduh melanggar perjanjian dan tak sepenuhnya melaksanakan kesepakatan itu.

Dalam perjalanan memimpin Rusia, Putin disebut sangat menjaga dan ingin menarik Ukraina ke orbit Rusia.

Akan tetapi, muncul spekulasi sejauh mana Rusia siap melakukannya meski biaya yang ditanggung tinggi, dan mendapati Ukraina yang lunak tapi tetap terpisah dari Moskow.

Perlu diketahui, Rusia menuntut agar Ukraina tak bergabung dengan NATO, meminta blok ini menarik pasukan di negara-negara Eropa Timur, dan meminta gencatan senjata 2015 di Ukraina bisa dilaksanakan.

Dengan harapan Barat bisa memenuhi tuntutan pertama, namun mereka menawarkan hal lain bahkan mengancam sanksi. Khusus soal sanksi, jika Rusia menduduki Ukraina.

Selain itu, para pengamat di Rusia juga menilai Moskow tak akan melancarkan perang. Mereka hanya ingin menghukum Ukraina dan menuntut agar keinginannya dipenuhi.

Baca Juga: