Jangkauan asuransi pertanian yang selama ini digembor-gemborkan masih terbatas sehingga masih banyak petani yang belum terproteksi dari risiko gagal panen atau puso.

JAKARTA - Pegiat pertanian berharap cakupan lahan yang dijangkau asuransi pertanian semakin meluas, sebab saat ini jangkauannya masih terbatas. Karena itu, program proteksi tersebut tidak banyak membantu ketika terjadi puso atau gagal panen akibat banjir, termasuk di sejumlah daerah di Jawa Tengah.

Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi Serikat Petani Indonesia (SPI), Muhammad Qomarunnajmi, mengakui banyak teman jaringan SPI di berbagai wilayah yang menyampaikan laporan gagal panen akibat bencana. Saat ini, kata Qomar, produsen pangan sangat membutuhkan bantuan pemerintah termasuk jaminan asuransi pertanian yang selalu disampaikan.

Sayangnya, asuransi pertanian sekarang ini belum bisa menjangkau semua lahan pertanian. "Kalau dikaitkan dengan subsidi untuk premi asuransi terbatas. Syukur preminya dibayarkan sekalian," ucapnya di Jakarta, Kamis (21/3).

Padahal, kata Qomar, di tengah kondisi banjir ini, petani sangat membutuhkan dukungan pemerintah. Dukungan itu dimaksudkan agar produsen pangan bisa berproduksi lagi setelah keadaan membaik.

Lebih lanjut, Qomar memastikan dengan banyaknya gagal panen ini produksi kemungkinan turun. "Artinya, penting bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga," ungkap Qomar.

Sebelumnya, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menyebutkan ribuan hektare lahan pertanian di sejumlah kabupaten terancam mengalami gagal panen akibat banjir yang menerjang areal persawahan.

Kepala Distanbun Jateng, Supriyanto, di Semarang, Selasa (19/3), menyampaikan lahan pertanian yang tergenang banjir itu berada di Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Jepara, dan Pati.

Berdasarkan data per 15 Maret 2024, kata dia, tercatat 4.381 ha lahan tanaman padi di Kabupaten Grobogan terdampak banjir dengan umur tanaman padi 5-100 hari setelah tanam (HST).

"Lahan jagung seluas 152 ha juga terdampak banjir di Grobogan. Komoditas bawang merah juga. Lahan yang terkena banjir seluas 84 ha," katanya.

Untuk Demak, dia menyebutkan setidaknya 162 ha lahan padi tergenang banjir dengan umur padi 10-90 HST, kemudian lahan bawang merah seluas 765,76 ha juga terdampak banjir.

Di Kabupaten Kudus, kata dia, sebanyak 2.776 hektare lahan padi dengan umur 10 hingga 90 HST terdampak banjir, kemudian sejumlah komoditas lainnya, seperti melon dan cabai.

Sedangkan di Jepara, lanjut dia, tercatat lahan padi seluas 1.989 ha dengan umur 30 hingga 80 HST yang tergenang banjir. Namun, Supriyanto mengatakan dampak terparah terhadap lahan pertanian sebenarnya adalah Pati, yakni sebanyak 6.961,4 ha lahan padi tergenang banjir.

Data tersebut, kata dia, dimungkinkan masih terus berkembang, mengingat banjir yang belum surut di wilayah tersebut sehingga belum bisa dipastikan puso atau kerusakan lahan akibat banjir.

Beri Bantuan

Terkait bantuan ke petani yang lahannya terdampak, Kementerian Pertanian sebelumnya melakukan penanganan banjir di Jawa Tengah. Pada Februari lalu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, memberikan bantuan total senilai 30 miliar, dengan rincian benih padi untuk 10.000 hektare, JIT, Asuransi Pertanian (AUTP), pompa, Combine Harvester dan traktor untuk tiga kabupaten.

"Segera kita akan koordinasi dan insyaa Allah mudah-mudahan bisa cepat surut. Kemudian, untuk sektor pertanian yang ada asuransinya bisa mendapat bantuan," ujar Mentan.

Mentan mengatakan berbagai bantuan yang diberikan pemerintah di antaranya pupuk, benih, alsintan dan alat panen lainnya yang dapat mempercepat produksi. Sementara itu, kata Amran, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan kementerian lain untuk.

Baca Juga: