Oleh Bimo Joga Sasongko

Pemerintah merekrut Aparatur Sipil Negara (ASN) guna memenuhi jabatan strategis yang mendukung program Nawacita. Ini juga untuk menggantikan pegawai yang memasuki masa pensiun. Sebanyak 18.000 lowongan ASN kementerian dan lembaga negara serta Pemprov Kalimantan Utara.

Rekrutmen untuk menambah jumlah birokrat harusnya disertai dengan peningkatan kualitas dan kompetensi agar terbentuk pegawai kelas dunia. Ini penting untuk hadapi persaingan global disruptive. Spesifikasi terbarukan memiliki daya kreativitas dan inovasi yang lebih unggul dari generasi sebelumnya.

Persaingan global dan untuk atasi masalah krusial kemasyarakatan dibutuhkan bermacam inovasi. Tak pelak lagi, ASN harus mampu mengembangkan kapasitas inovasi bangsa. Mentalitas dan kinerja ASN selama ini masih mengecewakan. Padahal anggaran belanja negara untuk mereka makin tinggi. Seperempat anggaran APBN tersedot untuk membayar gaji dan tunjangan ASN.

Amat penting mengembangkan ASN terbarukan. Perlu terobosan dalam pengembangan agar produktif tinggi sempurna melayani. Saatnya ASN kerja cerdas dan berkualitas, bukan asal-asalan. Postur ASN perlu dikembangkan agar portofolio kompetensinya sesuai dengan standar global. Reformasi birokrasi dengan menekankan progarm revolusi mental hendaknya disertai pengembangan karir.

Indonesia harus mencetak ASN terbarukan dengan kepemimpinan tangguh menuju negara maju. Dalam konteks tantangan zaman, butuh disruption leadership yang didukung birokrat kelas dunia yang penuh semangat dengan inisiatif besar lewat berbagai inovasi. ASN juga membutuhkan program pengembangan diri lewat kursus atau diklat regular maupun melanjutkan studi luar negeri. Pelajaran bisa seperti bidang manajemen aset pemerintah daerah atau e-Goverment demi terwujudnya keunggulan kinerja.

ASN perlu melihat jendela dunia untuk mengembangkan karir dan bidang profesinya. Agar ASN tidak seperti katak dalam tempurung yang setiap harinya merasa sumpek dan terus berkeluh kesah. Tentunya Ini membutuhkan kemampuan berbahasa asing bagi ASN. Untuk itu dibutuhkan kursus atau pendidikan bahasa asing terutama bahasa bangsa yang kini menjadi pusat peradaban dan jantungnya pengembangan Iptek dan proses inovasi global.

Mencetak ASN kelas dunia, meskipun boleh dibilang terlambat harus dilakukan. Apalagi sesuai dengan roadmap 2019 harus terwujud 3,5 juta ASN yang berkompetensi bersaing secara global. Kerja sama global pengembangan ASN sudah banyak ditandatangani baik dalam forum G20 maupun perjanjian bilateral. Mencetak ASN berkelas dunia searah dengan inisiatif dan kerja sama Indonesia dengan Uni Eropa.

Perbaikan tata kelola pemerintahan telah menjadi penekanan kerja sama pembangunan Uni Eropa-Indonesia pada 2016. Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia menghibahkan setengah miliar euro untuk pendidikan dan tata kelola pemerintahan. Negara-negara Uni Eropa memiliki sejumlah inisiatif tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan demikian pantas menjadi tujuan pengiriman ASN untuk mengembangkan kompetensi.

Negara Maju

Negara maju seperti Amerika Serikat juga sudah lama memberi perhatian pentingnya inovasi ASN daerah. Sejak 1992 Amerika Serikat menerapkan National Performance Review, kebijakan yang memfokuskan pada penilaian dan evaluasi capaian kinerja ASN negara bagian. Ini utamanya terkait manajemen resources.

Perlu meningkatkan kompetensi dan membangkitkan kapasitas inovasi ASN pusat dan daerah agar tata kelola pemerintahan bisa lebih efektif serta berdaya saing global. Pemerintah daerah perlu investasi SDM berupa pengiriman ASN untuk belajar ke luar negeri. Selama ini pemerintah daerah sudah mengirimkan SDM ke perguruan tinggi dalam negeri seperti Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dengan status ikatan dinas. Karena konvergensi teknologi dan pesatnya kemajuan tata kelola korporasi global, perlu juga terobosan dengan mengirimkan ke luar negeri.

Yang berkinerja baik perlu diberi kesempatan kuliah dan magang di negara maju mempelajari tata kelola korporasi. Salah satu bidang inovasi yang bisa dipelajari e-Sourcing yang kini diintegrasikan dengan sistem pengadaan barang jasa secara elektronik (e-Procurement). Teknologi e-Sourcing bukan sekadar katalog elektronik untuk keperluan pengadaan barang jasa. Ini perlu inovasi agar bisa menjadi aplikasi atau alat bantu analisis dan rujukan standar teknis barang.

Pengiriman ASN ke luar negeri merupakan bagian investasi SDM, tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu tanpa manfaat rate of return. Investasi modal manusia selalu berjangka panjang demi mempersiapkan SDM inovatif berkelas dunia. Keterbatasan sumber daya dan kompleksitas masalah kependudukan hanya bisa diatasi dengan kebijakan inovatif. Saat ini birokrat harus mampu meningkatkan kapasitas inovatif lingkungannya. Penting juga penguatan sistem inovasi dalam berbagai eselon birokrasi.

Pegawai harus memiliki akal panjang untuk menerobos berbagai persoalan pelik dengan kondisi dana yang sangat terbatas. Perlu memetik pengalaman negara maju. ASN hendaknya piawai mengambil contoh sukses tentang peningkatan kapasitas inovasi daerah yang pernah dilakukan di negara maju.

Perkembangan teknologi dan tren dunia telah menyajikan berbagai inisiatif menuju smart work. Mestinya ASN mampu mendayagunakan infrastruktur e-Goverment seefektif mungkin sesuai dengan tata kelola dan standar global. Pengadaan infrastruktur layanan elektronik ASN sudah merata ke daerah. Namun, manfaat layanan elektronik masih belum optimal karena kapasitas inovasi lemah. Layanan elektronik keharusan untuk mencapai efektifitas pemerintahan.

Ukuran kinerja dan bobot pekerjaan ASN segera dirumuskan sebaik-baiknya. Selama ini kinerja ASN belum terukur secara benar. Padahal di negara maju rumusannya rinci. Sedangkan ASN negeri ini baru sebatas kode etik normatif, belum terukur secara objektif.

Penulis Lulusan Arizona State University, Amerika Serikat

Baca Juga: