JAKARTA - Sebuah laporan yang dirilis pada Kamis (15/9) oleh Badan Energi Terbarukan Internasional (Irena) menunjukkan, negara-negara di Asia Tenggara perlu lebih dari dua kali lipat investasi tahunan mereka pada energi terbarukan untuk mempercepat transisi energi dan untuk memenuhi tujuan iklim.
"Dalam jangka panjang, rata-rata investasi tahunan sebesar 210 miliar dollar AS diperlukan untuk energi terbarukan, efisiensi energi, dan untuk mendukung teknologi dan infrastruktur pada periode hingga 2050 untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius," kata Irena.
Investasi tersebut lebih dari 2,5 kali jumlah yang saat ini direncanakan oleh pemerintah Asia Tenggara untuk mencapai tujuan mereka, kata Irena, badan antarpemerintah dan badan pengamat PBB.
"Penghentian batu bara, ditambah dengan energi terbarukan dan interkoneksi jaringan regional, merupakan langkah yang sangat diperlukan untuk menyelaraskan dengan target nol bersih," kata Direktur Jenderal Irena, Francesco La Camera.
Asia Tenggara adalah rumah bagi 25 persen dari kapasitas pembangkit panas bumi dunia, tetapi wilayah ini juga memiliki cadangan batu bara yang besar. Perekonomian terbesar di kawasan ini Indonesia adalah pengekspor batubara termal terbesar di dunia.
Sementara setengah dari anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) telah berjanji untuk berhenti menggunakan batu bara di sektor listrik, La Camera mengatakan komitmen iklim memerlukan tindakan bersama dan dipercepat "yang harus dimulai sekarang untuk memiliki harapan keberhasilan" .
Menurut Irena, wilayah ini bertujuan untuk memiliki 23 persen dari energi primernya yang dipasok oleh energi terbarukan pada tahun 2025, namun, investasi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kemajuan yang beragam.
"Mempercepat transisi energi sangat penting untuk memenuhi tujuan iklim dan mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan," kata Direktur Eksekutif Asean Center for Energy, Nuki Agya Utama, seraya menambahkan bahwa blok tersebut tetap berkomitmen pada tujuan 2025.
Peluang Investasi
Lebih lanjut, IRENA mengatakan energi terbarukan telah menjadi pilihan daya termurah di sebagian besar Asia Tenggara dan bahwa penambahan kapasitas terbarukan dapat secara efektif meningkatkan hingga 40 persen dari total kapasitas daya pada tahun 2030 dibandingkan dengan seperempat sekarang.
Ini berarti sekitar 300 gigawatt (GW) instalasi kapasitas baru terbarukan, sebagian besar adalah tenaga surya dan angin.
Investasi yang signifikan diperlukan untuk meningkatkan energi terbarukan dalam bauran energi nasional, tetapi biaya keseluruhan diimbangi dengan penghematan substansial pada biaya pasokan dan bahan bakar.
Peluang investasi termasuk energi terbarukan, transmisi, biofuel, efisiensi energi dan hidrogen, dan secara kumulatif dapat mencapai lebih dari 6 triliun dollar AS hingga 2050.
Negara-negara dapat mengurangi biaya energi mereka sebanyak 160 miliar dollar AS hingga 2050, kata Irena, dan Asean dapat, dengan berinvestasi lebih banyak dalam energi terbarukan, mengurangi biaya energi mereka dan menghindari sebanyak 1,5 triliun dollar AS biaya terkait kesehatan dan kerusakan lingkungan dari bahan bakar fosil hingga tahun 2050.