VIENTIANE - Sekretaris Jenderal Kao Kim Hourn menyatakan bahwa blok Asean tetap menjadi kekuatan penstabil di Asia tenggara meskipun hanya membuat kemajuan bertahap dalam isu-isu utama, termasuk perang saudara di Myanmar dan penyusunan kode etik untuk Laut Tiongkok Selatan (LTS).

Pernyataan Kao Kim Hourn itu diutarakan ketika para pemimpin dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara bertemu di Laos pekan ini.

Blok Asean yang merupakan rumah bagi lebih dari 685 juta orang dan mewakili sekitar 8 persen dari ekspor global, belum mampu mendorong resolusi pada isu-isu regional yang sulit, yang menurut para analis berisiko merusak peran sentral Asean di lingkup internalnya.

Namun Sekjen Kao Kim Hourn menegaskan kelompok Asean harus terus mendorong dialog dan diplomasi, memastikan negosiasi terus berjalan.

"Asean menurut saya telah menjadi kekuatan penstabil," kata Kao Kim Hourn dalam sebuah sesi wawancara pada Rabu (9/10) malam. "Kami menghadapi masalah secara langsung. Orang-orang selalu terlalu menekankan masalah, tetapi menurut saya Asean telah maju pesat," imbuh dia.

Kao Kim Hourn lalu mencontohkan soal ekonomi anggota yang semakin terintegrasi dan banyaknya perjanjian perdagangan dengan mitra eksternal, hingga Asean bisa menarik 230 miliar dollar AS dalam investasi baru pada tahun 2023.

"Fakta bahwa ada rasa percaya dan keyakinan di Asean, itulah sebabnya investasi senilaimiliaran dollarmasuk ke Asean. Masa depan sudah ada di sini," tegas dia.

Konflik dan Sengketa

Terkait isu konflik di Myanmar, Kao Kim Hourn mengakui bahwa Asean telah membuat sedikit kemajuan dengan rencana perdamaian Konsensus Lima Poin yang digagas beberapa bulan setelah kudeta tahun 2021, tetapi Sekjen Asean mengatakan bahwa para pemimpin blok tetap bersikeras bahwa mereka akan tetap terlibat dengan Myanmar.

"Kita butuh waktu dan kesabaran," kata Sekjen PBB. "Myanmar adalah masalah yang rumit dan kompleks. Kita tidak boleh berharap penyelesaian yang cepat," imbuh dia seraya menambahkan bahwa Asean akan terus mendorong dialog politik inklusif di antara semua pihak yang bertikai di Myanmar.

Mengenai isu sengketa di LTS, Sekjen Asean mengatakan bahwa hingga saat ini negosiasi (antara Asean dengan Tiongkok) masih terus berlangsung. Sementara beberapa negara Asean berharap kode etik di LTS dapat diselesaikan dalam beberapa tahun, walau prospek munculnya teks yang mengikat secara hukum masih jauh.

"(Negosiasi) tidak statis, tidak terhenti. Bagian baiknya adalah selama masih ada dialog dan diplomasi di atas meja dan terus bergerak maju, saya pikir masih ada banyak harapan di sana," kata Kao Kim Hourn. ST/I-1

Baca Juga: