Asean mengecam keras serangan udara di Myanmar dan menegaskan pada junta bahwa segala bentuk kekerasan harus segera dihentikan.

JAKARTA - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/Asean), yang dikritik karena kelambanannya atas konflik di Myanmar yang semakin dalam, pada Kamis (13/4) mengecam keras serangan udara oleh junta yang dilaporkan telahmenewaskan puluhan orang.

"Asean mengutuk keras serangan udara yang dilaporkan baru-baru ini yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Myanmar yang merenggut nyawa setidaknya puluhan warga sipil," demikian pernyataan Asean.

"Semua bentuk kekerasan harus segera diakhiri, terutama penggunaan kekerasan terhadap warga sipil," imbuh Asean dalam sebuah pernyataan yang sangat berani yang dikeluarkan oleh Indonesia yang pada 2023 ini merupakan ketua Asean.

Indonesia sebagai ketua Asean sebelumnya berharap dapat memulai rencana lima poin yang disepakati dengan junta Myanmar dua tahun yang lalu dan upaya-upaya mediasi lainnya yang sejauh ini gagal mengakhiri kekerasan. Namun rencana tersebut sebagian besar telah diabaikan oleh junta.

Pada Mei dan September mendatang, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan para pemimpin Asean.

Myanmar hingga saat ini tetap menjadi anggota Asean, namun telah dilarang menghadiri pertemuan tingkat tinggi karena kegagalan junta untuk mengimplementasikan rencana perdamaian.

Serangan udara mematikan itu sendiri telah menuai kecaman internasional. Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, mengatakan bahwa ia merasa ngeri saat menyaksikan rekaman lokasi serangan udara dimana banyak korban bergelimpangan.

Pada Rabu (12/4) lalu, junta mengkonfirmasi bahwa mereka telah melancarkan serangan udara terbatas di wilayah Sagaing, Myanmar tengah. Junta juga mengatakan bahwa mereka telah menerima informasi mengenai sebuah acara yang menandai pembukaan kantor salah satu pasukan pertahanan lokal yang telah menentang pemerintahannya.

Korban Bertambah

Menurut seorang narasumber keamanan kepadaAFPmengatakan bahwa sebuah jet tempur dan sebuah helikopter terlibat dalam serangan udara pada Selasa (11/4) pagi.

Sedangkan seorang penduduk desa mengatakan kepada AFP bahwa mereka sulit untuk mengidentifikasi korban tewas akibat serangan udara mematikan itu. "Kami tidak dapat mengidentifikasi lagi siapa yang tewas karena mereka semua menjadi serpihan-serpihan," kata dia.

Hingga Kamis malam dilaporkan ada sekitar 130 korban tewas dalam serangan udara mematikan itu sebagaimana dilaporkan olehoutletmediaBBC Burma,The Irrawaddy, danRadio Free Asia, dan penduduk desa setempat telah berupaya mengkremasi korban tewas dengan menggunakan ban mobil bekas.

"Kami menggunakan ban mobil untuk mengkremasi mayat-mayat tersebut," kata dia, seraya menambahkan bahwa 28 orang masih dinyatakan hilang.

Wilayah Sagaing merupakan sebuah kubu pemberontak di dekat Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar. Wilayah ini telah memberikan perlawanan paling sengit terhadap kekuasaan militer, dengan pertempuran sengit yang berkecamuk di sana selama berbulan-bulan. AFP/I-1

Baca Juga: