WASHINGTON - Iran berada di balik peretasan baru-baru ini yang menargetkan kampanye kepresidenan Donald Trump, badan keamanan AS mengatakan pada hari Senin (19/8), menuduh Teheran berusaha mempengaruhi pemilu 2024.
Pernyataan dari Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI), Biro Investigasi Federal (FBI), dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) tersebut menglonfirmasi klaim tim kampanye Trump bahwa mereka telah menjadi sasaran peretasan, kemungkinan oleh Iran.
"Kami telah mengamati peningkatan aktivitas agresif Iran selama siklus pemilu ini, khususnya yang melibatkan operasi pengaruh yang menargetkan publik Amerika dan operasi siber yang menargetkan kampanye presiden," kata badan keamanan tersebut.
"Ini termasuk aktivitas yang baru-baru ini dilaporkan untuk membahayakan kampanye mantan Presiden Trump, yang (komunitas intelijen) DIkaitkan dengan Iran," kata mereka.
Amerika Serikat akan menggelar pemilu pada tanggal 5 November, tim kampanye Trump dan rivalnya Kamala Harris mengatakan bahwa telah menjadi sasaran serangan siber dalam beberapa minggu terakhir. Perusahaan teknologi yang berbasis di AS juga mengatakan mereka mendeteksi serangan semacam itu.
Komunitas intelijen AS "yakin" bahwa Iran telah menggunakan rekayasa sosial dan metode lain untuk menargetkan individu dalam kedua kampanye politik, dan upaya tersebut "dimaksudkan untuk memengaruhi proses pemilihan AS," kata pernyataan hari Senin.
Tim kampanye Trump mengatakan pada tanggal 10 Agustus bahwa akunnya telah diretas, dan menyalahkan "sumber asing" karena menyebarkan komunikasi internal dan berkas tentang calon wakil presidennya, JD Vance.
"Dokumen-dokumen ini diperoleh secara ilegal dari sumber-sumber asing yang memusuhi Amerika Serikat, dengan tujuan untuk mencampuri pemilu 2024 dan menimbulkan kekacauan dalam proses Demokratik kami," kata juru bicara kampanye Trump, Steven Cheung, dalam sebuah pernyataan.
Tim kampanye Trump menyiratkan Iran berada di balik langkah tersebut karena media berita Politico melaporkan telah menerima email berisi materi kampanye dari sumber yang menolak menyebutkan identitasnya.
Kampanye Harris Jadi Target
Cheung mengutip laporan dari Microsoft minggu ini yang mengatakan bahwa peretas Iran "mengirim email spear phishing pada bulan Juni kepada pejabat tinggi dalam kampanye presiden."
Materi yang diterima Politico mencakup penelitian tentang pemeriksaan Vance, calon wakil presiden Trump.
Pada tahun 2016, peretasan email Komite Nasional Demokrat -- yang disalahkan pada Rusia -- mengungkap komunikasi internal partai, termasuk tentang kandidat Hillary Clinton.
Trump, yang kemudian memenangkan pemilu, dikritik karena mendorong peretasan tersebut.
Tim kampanye calon presiden dari Partai Demokrat, Harris, mengatakan pada tanggal 13 Agustus bahwa pihaknya juga telah menjadi sasaran peretas asing, tetapi tidak memberikan indikasi negara mana yang diyakini berada di balik upaya tersebut.
"Pada bulan Juli, tim hukum dan keamanan kampanye diberitahu oleh FBI bahwa kami menjadi sasaran operasi pengaruh aktor asing," kata seorang pejabat kampanye Harris kepada AFP.
Google bulan ini mengatakan peretas yang didukung Iran menargetkan kampanye presiden Demokrat dan Republik.
Sebuah kelompok peretas yang dikenal sebagai APT42 yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran mengejar sejumlah individu dan organisasi terkemuka di Israel dan Amerika Serikat, termasuk pejabat pemerintah dan kampanye politik, menurut laporan ancaman yang dirilis oleh Google.
Kelompok analisis ancaman Google terus melihat upaya yang gagal dari APT42 untuk membahayakan akun pribadi individu yang berafiliasi dengan Biden, Harris, dan Trump, kata laporan itu.