TOKYO - Militer AS terus menerbangkan pesawat Osprey dengan rotor miring di Jepang pada Jumat (1/12), meskipun Tokyo meminta untuk menghentikan operasi pesawat tersebut setelah terjadi kecelakaan dua hari sebelumnya di dekat pulau Yakushima di barat daya.

Dilaporkan Kyodo News, Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa pada hari sebelumnya mengatakan, Jepang telah diberitahu oleh Kedutaan Besar AS di Tokyo bahwa Washington mengakui permintaan resmi untuk melarang terbang pesawat tersebut.

Kecelakaan pesawat CV-22 Angkatan Udara AS pada Rabu sore menewaskan seorang awak, menandai kematian pertama di Jepang dalam kecelakaan yang melibatkan Osprey. Tujuh awak lainnya masih hilang, sehingga Jepang meminta AS untuk menghentikan operasi Osprey-nya sampai yakin pesawat tersebut aman untuk terbang.

Namun Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan, ada 20 penerbangan MV-22 Osprey AS, varian yang digunakan Korps Marinir AS, dari pangkalan di prefektur pulau selatan Okinawa mulai Kamis pagi hingga pukul 15.30 pada hari yang sama, menurut kementerian.

Kyodo News mengkonfirmasi bahwa Osprey lepas landas sekitar pukul 11:30 pada Jumat dari Pangkalan Udara Korps Marinir AS Futenma di Okinawa, menampung sebagian besar fasilitas militer AS di Jepang.

Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno menyatakan keprihatinannya pada hari Jumat: "penerbangan dilakukan tanpa penjelasan yang memadai mengenai keselamatan, meskipun ada permintaan berulang kali dari Jepang."

Di Washington pada Kamis, juru bicara Departemen Pertahanan AS Sabrina Singh mengatakan militer terus mengoperasikan pesawat Osprey di Jepang dan dia tidak mengetahui bahwa Pentagon telah menerima permintaan resmi dari Jepang untuk menghentikan penerbangan Osprey.

Pernyataannya muncul setelah Menteri Pertahanan dan Menlu Jepang mengatakan pada Kamis telah meminta AS untuk menghentikan operasi pesawat Osprey-nya. Hal itu menunjukkan kurangnya komunikasi yang efektif antara Tokyo dan Washington mengenai masalah ini.

Singh juga menekankan dalam konferensi pers, fokus Pentagon adalah mencari orang hilang dan menyelidiki penyebab insiden tersebut.

"Kami memiliki komitmen terhadap keselamatan. Saat ini ada penyelidikan yang sedang menentukan dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dengan pesawat ini," ujarnya.

"Jika penyelidikan tersebut membuahkan hasil yang mengharuskan departemen mengubah apa pun mengenai Osprey atau mengambil langkah tambahan, kami pasti akan melakukan itu," tambahnya.

Di Tokyo, Matsuno, juru bicara pemerintah, menekankan pada hari Jumat bahwa Jepang telah "secara resmi" meminta Washington untuk tidak melakukan penerbangan Osprey kecuali untuk operasi pencarian dan penyelamatan.

Hal ini "sangat disesalkan" karena kecelakaan Osprey telah menyebabkan "kecemasan besar bagi masyarakat," kata Matsuno pada konferensi pers rutin, dan mendesak Amerika Serikat untuk memberikan lebih banyak informasi tentang keselamatan pesawat tersebut.

Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara mengatakan pada konferensi pers terpisah pada hari yang sama, "Saya rasa belum ada informasi yang cukup" dari Amerika Serikat mengenai kecelakaan itu.

Pesawat tilt-rotor Angkatan Udara AS, yang berbasis di Pangkalan Udara Yokota di pinggiran barat Tokyo, menghilang dari radar sekitar pukul 14:40 pada hari Rabu di lepas pulau Yakushima di Prefektur Kagoshima dan jatuh di perairan terdekat.

Baca Juga: