DUBAI - Angkatan Laut Amerika Serikat menahan kapal pengangkut ribuan unit senjata di Laut Arab. Kapal tersebut diduga akan membawa ribuan senjata itu untuk kelompok Houthi Yaman meskipun ada embargo senjata dari PBB.

Melalui akun Twitter resminya, Armada Kelima Angkatan Laut AS itu mengumumkan senjata yang disita, meliputi lusinan peluru kendali anti-tank canggih buatan Russia, 1.000-an senapan serbu Tipe 56 Tiongkok, 100-an senapan mesin PKM, senapan sniper dan peluncur granat, beserta kelengkapan lainnya.

Penyitaan semacam ini bukan hal baru mengingat perang di Yaman telah berlangsung selama bertahun-tahun. Perang di Yaman telah menjadi salah satu krisis kemanusiaan dan keamanan terburuk di dunia.

Ironisnya, penyitaan hari Minggu waktu setempat itu terjadi di tengah upaya AS dan beberapa pihak lain untuk mengakhiri konflik. Ribuan senjata yang ditemukan cukup menunjukkan bahwa kata damai masih sangat jauh untuk dicapai di Yaman.

Pengiriman senjata berhasil digagalkan oleh kapal penjelajah AS USS Monterey dalam operasi yang dimulai Kamis (6/5) di bagian utara Laut Arab di lepas pantai Oman dan Pakistan.

Kapal pengangkut diidentifikasi tanpa tanda kewarganegaraan dan merupakan jenis kapal tradisional ala Timur Tengah. Sebagian besar senjata terbungkus plastik hijau di bawah dek.

Armada Kelima Angkatan Laut AS tidak mengidentifikasi secara langsung dari mana senjata itu berasal, atau ke mana tujuan mereka. Namun, seorang pejabat pertahanan AS mengatakan pola pengiriman serta jenis senjata itu mirip dengan pengiriman lain yang dilarang menuju Houthi.

Dilansir dari Arab News, berdasarkan wawancara dengan awak kapal pengirim senjata, kapal itu berasal dari Iran. Namun, saat ini penyelidikan masih terus berlangsung.

Angkatan Laut AS melaporkan bahwa semua kargo yang dibawa kapal penyelundup telah dipindahkan. Semua awak telah dimintai keterangan dan diberi makanan serta air sebelum akhirnya dilepaskan.

Penyitaan senjata ilegal mulai terjadi pada tahun 2016 dan terus berlanjut selama perang. Pasukan Houthi perlahan mulai menggunakan rudal balistik dan drone dalam perang yang produknya dikaitkan dengan Iran. Yaman dibanjiri senjata kecil yang telah diselundupkan ke pelabuhan yang tidak terkontrol dengan baik selama konflik bertahun-tahun.

Perang Yaman dimulai pada September 2014, ketika Houthi merebut Sanaa dan memulai pawai ke selatan untuk mencoba merebut seluruh negara.

Arab Saudi bersama dengan Uni Emirat Arab dan negara-negara lain mulai masuk ke medan perang bersama dengan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional pada Maret 2015.

Sejak 2015, Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan embargo senjata terhadap Houthi. n SB/AFP/P-4

Baca Juga: