Saat berada di Yerusalem, Menlu AS menegaskan bahwa negaranya tak memiliki itikad untuk untuk mengganti rezim yang berkuasa di Russia walau Presiden Joe Biden sebelumnya mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin tidak boleh terus berkuasa.

YERUSALEM - Amerika Serikat (AS) tidak memiliki strategi untuk ganti rezim di Russia. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, kepada wartawan pada Minggu (27/3), saat ia berkunjung ke Yerusalem, Israel.

Hal itu dilontarkan Menlu Blinken tak lama setelah Presiden AS, Joe Biden, mengatakanbahwa Presiden Russia, Vladimir Putin, tidak boleh terus berkuasa.

"Saya pikir Presiden, Gedung Putih, membuat penegasan yang cukup sederhana tadi malam bahwa Presiden Putin tidak boleh membunyikan genderang perang atau terlibat dalam agresi terhadap Ukraina atau siapa pun," kata Menlu Blinken.

"Seperti yang Anda ketahui, dan seperti yang Anda dengar, kami katakan berulang kali, kami tidak memiliki strategi bagi perubahan rezim di Russia atau di mana pun, dalam hal ini," imbuh Menlu AS itu.

Menlu Blinken juga menegaskan bahwa AS fokus untuk memberikan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Russia sambil terus memberi banyak dukung terhadap Ukraina.

Saat mengakhiri pidato emosional di Warsawa pada Sabtu (26/7), Presiden Biden berkomentar dengan menyebut bahwa Putin adalah tukang jagal.

"Penghinaan terhadap Putin mempersempit jendela peluang untuk menormalkan dialog, yang sangat dibutuhkan dengan pemerintahan AS saat ini," ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepadaBloomberg News, menanggapi komentar pedas Biden.

Sementara Biden masih berada di Polandia, misil jelajah Russia menghantam Kota Lviv di Ukraina barat pada Sabtu. Akibat hantaman misil itu, petugas pemadam kebakaran berjuang melawan api saat misil berhasil menyasar depot tangki bahan bakar besar.

Serangan misil itu terjadi sehari setelah militer Russia mengatakan mereka fokus untuk mengambil kendali penuh atas Donbass di Ukraina timur.

Sementara itu Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, pada Minggu mengatakan bahwa Ukraina dan Russia telah menyepakati dibukanya koridor kemanusiaan di wilayah garis depan termasuk di Mariupol. Koridor kemanusiaan itu akan mengizinkan warga sipil yang terkepung di kota itu, keluar termasuk mengizinkan warga sipil pergi dengan mobil pribadi.

Kutuk Perang

Sementara itu dari Kota Vatikan, pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, pada Minggu mengutuk perang yang kejam dan tidak masuk akal di Ukraina, di mana tindakan biadab telah menghancurkan masa depan negara itu.

"Lebih dari sebulan telah berlalu sejak awal invasi ke Ukraina, awal dari perang yang kejam dan tidak masuk akal ini, belum berakhir," kata Paus Fransiskus saat berpidato pada massa yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus. "Perang tidak hanya menghancurkan masa kini, tetapi juga masa depan masyarakat," imbuh dia.

Paus Fransiskus juga menegaskan bahwa perang selain menghancurkan masa depan, juga menyebabkan trauma dramatis pada anak-anak yang tak berdosa.

"Ini adalah perang kebinatangan, tindakan biadab dan asusila!" kata Paus Fransiskus seraya kembali menyerukan diakhirinya konflik dan pembantaian di Ukraina. AFP/ST/Bloomberg/I-1

Baca Juga: