Presiden Biden menyatakan ia tak akan mengerahkan pasukan AS ke Ukraina dan menegaskan bahwa AS akan menerapkan sanksi ekonomi yang kuat jika Russia melakukan invasi.

WASHINGTON DC - Gedung Putih pada Kamis (9/12) mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden,akan berbicara dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, untuk membahas peningkatan militer Russia di perbatasannya dengan Ukraina.

Setelah itu, Presiden Biden akan menelepon para pemimpin kelompok "Bucharest Nine", sekutu di sisi timur NATO, untuk memberitahu mereka tentang pertemuan virtualnya dengan Presiden Russia, Vladimir Putin, pada Selasa (7/12) lalu, serta akan menyimak tanggapan keprihatinan mereka.

Bucharest Nine terdiri dari Bulgaria, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Polandia, Rumania, dan Slovakia.

Sebelumnya pada Rabu (8/12), Presiden Biden menyatakan tidak akan memerintahkan pengerahan pasukan AS ke Ukraina untuk melawan kemungkinan invasi Russia ke negara itu.

"Hal itu tidak menjadi opsi," kata Biden kepada wartawan di di Halaman Selatan Gedung Putih. "Gagasan AS secara sepihak menggunakan kekuatan untuk menghadapi Russia yang menginvasi Ukraina, bukan pilihan saat ini. Namun yang akan terjadi adalah akan ada konsekuensi berat berupa konsekuensi ekonomi yang belum pernah dia (Putin) rasakan atau pernah saksikan sebelumnya," tegas Biden.

Berdasarkan keterangan dari pejabat tinggi Gedung Putih dan Pentagon, walau tanpa kemungkinan mengirim pasukan, AS masih mempunyai opsi dengan meningkatkan kapabilitas pertahanan Ukraina.

Sebelum berangkat ke Kansas City untuk mengumumkan Undang-Undang Infrastruktur Bipartisan yang baru, Biden juga mengatakan ia ingin mengumumkan pertemuan di tingkat yang lebih tinggi dengan Russia dan negara-negara NATO lainnya pada Jumat (10/9).

Pernyataan Biden dilontarkan sehari setelah bertemu secara virtual hampir dua jam dengan Putin. Setelah pertemuan itu, Biden mengatakan bahwa AS dan sekutu Eropanya sangat prihatin akan tindakan Russia yang mengerahkan pasukan di dekat perbatasannya dengan Ukraina. Biden menambahkan, AS akan menanggapi dengan sanksi ekonomi yang amat berat jika Russia menginvasi Ukraina.

Sangkalan Putin

Sementara itu dalam pertemuan virtual, Putin membenarkan adanya pengerahan pasukanRussia ke perbatasan Ukraina selama beberapa pekan terakhir dan semua itu dilakukan sebagai tindakan defensif, dengan Kremlin mengungkapkan kekhawatiran bahwa NATO akan merangkul Ukraina ke dalam keanggotaannya.

Putin juga menyangkal bahwa dia berencana untuk menyerang Ukraina dan bersikeras bahwa Moskwa memiliki hak untuk mempertahankan keamanannya dalam menghadapi ekspansi NATO.

Menurut Kremlin, dalam pertemuan virtual itu Putin telah menekankan kepada Biden bahwa kurangnya kemajuan Ukraina dalam mengimplementasikan perjanjian Minsk 2015, untuk menghentikan pertempuran di wilayah Donbass di Ukraina timur, dan ia menyampaikan keprihatinan serius tentang tindakan provokatif Kyiv di Donbas.

Kremlin juga mengatakan bahwa pemimpin Russia itu menuduh NATO telah melakukan upaya berbahaya untuk menaklukkan wilayah Ukraina dan membangun kemampuan militernya di dekat perbatasan Russia.

Harian The Washington Post edisi Jumat (3/12) pekan lalu mengutip pernyataan pejabat AS dan dokumen intelijen, melaporkan bahwa Russia merencanakan serangan multi medan ke Ukraina yang melibatkan hingga 175.000 tentara pada awal tahun depan.

Biden pada hari yang sama mengatakan ia telah membuat serangkaian program yang akan membuat Russia sangat sulit untuk meningkatkan situasi ketegangan di perbatasan. AFP/VoA/I-1

Baca Juga: