Tokyo khawatir negaranya bisa terkena hulu ledak dan reruntuhan bom Korut jika serangan ke Guam benarbenar terjadi.

Washington - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menegaskan komitmennya untuk melindungi sekutu-sekutunya di Asia dan Jepang, menyusul ketegangan yang terjadi di kawasan atas ulah pemerintah Korut. Washington sebelumnya mengatakan kepada pemerintah Jepang bahwa penyerangan Korut pada satu negara sama dengan menyerang dua negara.

"Hal terpenting dari pertemuan ini adalah mengonfirmasi keunggulan hubungan bilateral kami di kawasan Asia- Pasifik. Keamanan di kawasan sedang terancam dan kami fokus pada ancaman yang bakal dilontarkan lagi oleh pemerintah Korut.

Kami sudah menjelaskan jika pemerintah Korut menyerang salah satu negara di kawasan ini maka itu sama dengan menyerang dua negara," kata Kepala Staf Gabungan AS, Joseph Dunford, di Washington, Kamis (17/8).

Joseph menjelaskan Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, serta Kepala Staf bidang Pertahanan pemerintah Jepang, Katsutoshi Kawano, menggelar sebuah pertemuan khusus di Washington pada Kamis.

Pertemuan itu menyepakati untuk bersama-sama memantau tindak-tanduk pemerintah Korut. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, mengatakan pihaknya lebih mengutamakan dialog dengan Pyongyang, tetapi dialog itu harus sangat bermanfaat.

Sebelumnya pada 2005 silam, pemerintah Korut mencapai sebuah kesepakatan dengan enam negara untuk menunda pengembangan program nuklirnya dan sebagai imbalannya hubungan diplomatik dengan Korut akan dipulihkan dan bantuan energi akan digulirkan.

Sayang, kesepakatan ini sekarang sudah lumpuh. Jepang memang meminta penegasan AS terkait komitmen pertahanan dan keamanannya bagi Tokyo yang kini terancam oleh rudal Korea Utara yang semakin mengkhawatirkan, Selasa (15/8).

Saat itu, Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, bersama Menlu Taro Kono, berencana bertolak ke Amerika Serikat pada pekan ini untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Menhan James Mattis dan Menlu Rex Tillerson.

Pertemuan menteri ini berpusat pada diskusi tentang situasi keamanan di Asia Timur yang kian memanas, terutama setelah Korut mengancam akan menyerang Guam, salah satu wilayah AS di Pasifik, dengan rudalnya.

"Lingkungan strategis di kawasan semakin kejam dan kami perlu mendiskusikan bagaimana menanggapi hal tersebut. Kami ingin penegasan AS dan komitmen pertahanannya, termasuk payung nuklir Amerika, bagi Jepang," tutur seorang pejabat Kemlu Jepang di Tokyo, Selasa.

Akan Terancam

Jepang khawatir keamanan negaranya akan terancam jika Korut benar-benar melaksanakan rencana serangan ke Guam. Faktanya, sebelum mencapai Guam, rudal Pyongyang itu akan melewati wilayah udara Jepang.

Tokyo khawatir negaranya bisa terkena hulu ledak dan reruntuhan bom tersebut jika serangan itu benarbenar terjadi sehingga meminta kepastian perlindungan AS dari ancaman rudal dan nuklir Korut itu.

Tokyo dan Washington memang memiliki perjanjian aliansi pertahanan yang disepakati sejak 1960 lalu. Dalam pakta tersebut, AS berjanji akan membela dan menjamin pertahanan serta keamanan Jepang jika Negeri Matahari Terbit itu terancam.

Kesepakatan ini pun membuat Jepang berada di bawah payung nuklir AS, yang berarti Washington bisa menggunakan bom atom untuk melawan pihak yang menyerang Tokyo, termasuk Korut.

Di tempat terpisah, Korut menilai kinerja 100 hari Presiden Korea Selatan (Korsel), Moon Jae-in, sangat buruk. Melalui surat kabar Rodong Sinmun, Korut menjelaskan dalam pidato 100 hari kinerjanya, Moon menyebut ingin menggelar dialog dan menjalankan kesepakatan antara Korut-Korsel.

Namun, tindakan-tindakan yang dilakukan Moon justru bertolak belakang. "Otoritas Korsel dalam pernyataannya ingin meningkatkan hubungan dengan Korut, namun tidak terjadi kemajuan apa pun, sebaliknya yang ada hanya kemunafikan," demikian bunyi pemberitaan Rodong Sinmun, yang merupakan corong partai Buruh Korut, Jumat (18/8). uci/Rtr/al-Jazeera/P-4

Baca Juga: