Kim Yo-jong, penasihat yang juga adik perempuan dari pemimpin Korut, menyatakan AS telah salah menafsirkan soal dimulainya kembali dialog dan mengatakan AS akan kecewa atas harapan terjadinya kemungkinan dialog itu.

SEOUL - Saudara perempuan dari pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un yaitu Kim Yo-jong, mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tampaknya memiliki ekspektasi yang keliru mengenai komentar kakaknya baru-baru ini mengenai kemungkinan dimulainya kembali dialog.

Tanggapan Kim Yo-jong itu dirilis kantor berita Korut, KCNA, pada Selasa (22/6) setelah ada pernyataan dari Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, yang mengatakan komentar Kim Jong-un yang mengatakan siap untuk berdialog dan konfrontasi sebagai sebuah sinyal yang menarik.

"Penafsiran sebuah mimpi lebih baik daripada mimpi itu sendiri," ucap Kim Yo-jong dengan mengutip sebuah pepatah dari Korea.

Kim Yo-jong pun mengatakan dalam pernyataan tersebut bahwa harapan AS yang salah akan membawa mereka kepada kekecewaan yang lebih besar. "Tampaknya AS mungkin menafsirkan situasi sedemikian rupa untuk menghibur diri," imbuh adik dari Kim Jong-un itu.

Pada pertemuan partai berkuasa pekan lalu di Pyongyang, Kim Jong-un mengatakan negaranya harus siap untuk "dialog dan konfrontasi".

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, pada Minggu (20/6) mengatakan dalam acara "This Week" di stasiun televisi ABC bahwa pernyataan Kim merupakan sinyal yang menarik.

Dalam keterangannya, Sullivan juga menegaskan bahwa Washington DC ingin memulai kembali perundingan mengenai program nuklir Korut.

Pemerintahan Presiden Joe Biden bulan lalu telah menuntaskan peninjauan kebijakan mengenai Korut dan menyatakan terbuka bagi pembicaraan tetapi bersikeras bahwa Korut harus menghentikan program senjata nuklirnya.

Dalam lawatan ke Seoul pekan ini, utusan AS untuk Korut, Sung Kim, mengatakan ia berharap Korut akan menanggapi secara positif tawaran untuk bertemu kapan saja, di mana saja tanpa prasyarat.

Sedikit Kemajuan

Terlepas dari aktivitas diplomatik itu, pernyataan Kim Yo-jong menunjukkan sedikit saja kemajuan mengenai dimulainya kembali pembicaraan, kata beberapa analis.

"Kami telah menunggu sinyal tindak lanjut dari Pyongyang setelah pernyataan Kim Jong-un baru-baru ini, untuk membantu menjelaskan maksudnya. Pernyataan Kim Yo-jong mulai menunjukkan itu. Meskipun ia tidak menutup sama sekali gagasan bahwa diplomasi dapat dimulai kembali, ia tampaknya menunjukkan hal itu kemungkinan besar tidak akan terjadi sekarang ini," kata Jenny Town, pakar Korea di lembaga kajian Stimson Center di Washington DC.

Korut sebelumnya telah memboikot pembicaraan dengan AS sejak 2019. Pada pertemuan puncak dengan Kim Jong-un Februari tahun itu, mantan Presiden AS, Donald Trump, menolak tawaran di mana Pyongyang akan membongkar kompleks nuklir penting sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi Washington DC.

Pemerintahan AS yang dipimpin Biden saat ini telah menjanjikan pendekatan praktis dan terkalibrasi, termasuk upaya diplomatik untuk membujuk Korut agar menghentikan program senjata nuklir dan misil balistiknya yang dilarang. AFP/I-1

Baca Juga: