AS mengatakan bahwa Russia berencana untuk meningkatkan serangannya yang menyasar infrastruktur sipil dan gedung-gedung pemerintah di Ukraina, saat negara itu bersiap untuk memperingati hari kemerdekaannya.

KYIV - Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kyiv, pada Selasa (23/8) mengatakan bahwa Russia berencana untuk meningkatkan serangan terhadap infrastruktur sipil dan gedung-gedung pemerintah di Ukraina, saat negara itu bersiap untuk memperingati hari kemerdekaannya pada Rabu (24/8).

Rabu ini akan menandai peringatan enam bulan invasi besar-besaran Russia ke Ukraina, serta berpisahnya Ukraina dari Uni Soviet pada 1991.

"Kementerian Luar Negeri AS memiliki informasi bahwa Russia sedang meningkatkan upaya untuk melancarkan serangan terhadap infrastruktur sipil Ukraina dan fasilitas pemerintah dalam beberapa hari mendatang," demikian pernyataan dari Kedubes AS dalam peringatan keamanan terbaru pada Selasa.

Atas kekhawatiran itu, Kedubes AS segera mendesak agar warganya untuk meninggalkan Ukraina jika memungkinkan.

Sebelumnya, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah memperingatkan bahwa Russia mungkin akan mencoba melakukan sesuatu yang sangat menjijikkan dan kejam dalam beberapa hari mendatang.

Sebagai antisipasi atas peringatan itu, otoritas di Ukraina telah mengumumkan larangan pertemuan publik di Ibu Kota Kyiv dan mengumumkan jam malam di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.

Sementara itu seorang penasihat presiden Ukraina pada Senin (22/8) mengatakan bahwa Russia sedang mencoba untuk mengarahkan Ukraina ke dalam babak pembicaraan baru untuk mengulur waktu agar Moskwa bisa mengumpulkan kembali pasukannya sehingga dapat melancarkan serangan baru.

"Selama beberapa pekan, Kremlin telah berusaha meyakinkan Ukraina untuk melakukan negosiasi," kata Mykhaylo Podolyak. "Selama pembicaraan semacam itu, Moskwa ingin membekukan konflik sambil mempertahankanstatus quodi wilayah Ukraina yang diduduki," imbuh dia seraya mengatakan bahwa Russia telah mengirim proposalnya melalui berbagai perantara karena Kyiv saat ini tidak memiliki kontak politik dengan Russia.

Posisi Kyiv sejauh ini yaitu menolak solusi yang dinegosiasikan untuk wilayah Ukraina di bawah pendudukan Russia. Kyiv berkeinginan untuk merebut kembali wilayahnya serta wilayah yang dikuasai oleh separatis pro-Russia di timur dan Crimea yang dianeksasi Russia pada 2014.

"Ini adalah perang eksistensial. Kami tidak punya solusi lain. Meninggalkan pertempuran berarti tidak hanya menghancurkan negara Ukraina, tetapi juga semua warga sipilnya," tegas Podolyak.

Serangan Melemah

Pada Senin, seorang pejabat tinggi militer melaporkan bahwa hampir 9.000 tentara Ukraina tewas sejak Russia melancarkan invasi. Jenderal Valeriy Zaluzhny, panglima tertinggi Ukraina, mengatakan anak-anak Ukraina membutuhkan perhatian khusus karena ayah mereka telah pergi ke garis depan dan mungkin termasuk di antara hampir 9.000 pahlawan yang terbunuh.

Komentar Zaluzhny tentang korban tewas Ukraina, yang dilaporkan oleh kantor beritaInterfax-Ukraina, adalah indikasi pertama kerugian militer Kyiv sejak April.

Sementara itu kantor beritaNHKmelaporkan bahwa berdasarkan pemantauan citra satelit mengindikasikan bahwa serangan Russia di Ukraina timur telah melemah.

"Aktivitas militer Russia secara signifikan telah menurun di Ukraina timur sejak pertengahan Juli," demikian analisis NHK yang mengolah data berdasarkan sumber titik panas terestrial dari satelit-satelit NASA untuk mendapatkan gambaran bagaimana konflik di Ukraina berlangsung sejak Februari.

Menurut Takahashi Sugio, kepala divisi kebijakan pertahanan di Institut Nasional Kajian Pertahanan Jepang mengatakan, data satelit itu mengisyaratkan anjloknya jumlah serangan Russia. Ia pun mengatakan hal ini harus dipandang sebagai pertanda bahwa pasukan Russia di garis depan telah kehabisan amunisi karena gangguan terhadap jalur pasokannya. AFP/NHK/I-1

Baca Juga: