Amerika Serikat mengatakan pada hari Minggu bahwa pertemuan tatap muka pertama antara pejabat senior AS dan Taliban sejak kelompok garis keras itu merebut kembali kekuasaan di Afghanistan adalah "terus terang dan profesional" dan bahwa pihak AS menegaskan kembali bahwa Taliban akan diadili atas tindakan mereka, bukan hanya kata-kata mereka.

Sebuah pernyataan Departemen Luar Negeri mengatakan delegasi AS dalam pembicaraan akhir pekan di Doha, Qatar, berfokus pada masalah keamanan dan terorisme dan perjalanan yang aman bagi warga AS, warga negara asing lainnya dan warga Afghanistan, serta hak asasi manusia, termasuk partisipasi yang berarti dari perempuan dan warga Afghanistan.

Dikatakan kedua belah pihak juga membahas bantuan kemanusiaan AS kepada rakyat Afghanistan.

"Diskusi itu jujur ??dan profesional dengan delegasi AS yang menegaskan bahwa Taliban akan diadili atas tindakannya, bukan hanya kata-katanya," kata pernyataan itu.

Pada hari Sabtu (9/10/2021), penjabat menteri luar negeri Afghanistan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perwakilan Taliban meminta Amerika Serikat dalam pembicaraan untuk mencabut larangan cadangan bank sentral Afghanistan.

Pejabat pemerintahan Biden mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa delegasi AS akan menekan Taliban untuk membebaskan warga AS yang diculik, Mark Frerichs. Prioritas utama lainnya adalah memegang teguh komitmen Taliban untuk tidak membiarkan Afghanistan kembali menjadi sarang al Qaeda atau ekstremis lainnya.

Taliban mengambil kembali kekuasaan di Afghanistan 20 tahun setelah mereka digulingkan dalam invasi pimpinan AS karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden menyusul serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Para pejabat mengatakan pertemuan itu merupakan kelanjutan dari "keterlibatan pragmatis" dengan Taliban dan "bukan tentang memberikan pengakuan atau memberikan legitimasi" kepada kelompok itu, yang menguasai Afghanistan pada Agustus.

Para pejabat AS mengatakan mereka berhubungan dengan lusinan orang Amerika dan penduduk tetap resmi yang ingin meninggalkan Afghanistan dan ada ribuan warga Afghanistan sekutu AS yang menghadapi risiko penganiayaan Taliban masih di negara itu.

Washington dan negara-negara Barat lainnya sedang bergulat dengan pilihan sulit karena krisis kemanusiaan yang parah tampak besar di Afghanistan. Mereka mencoba mencari cara untuk terlibat dengan Taliban tanpa memberikan kelompok itu legitimasi yang dicarinya, sambil memastikan bantuan kemanusiaan mengalir ke negara itu.

Baca Juga: