AS kembali unjuk kekuatan militer di kawasan Timur Tengah dengan mengirimkan kapal selam bertenaga nuklir ke perairan Teluk Persia setelah sebelumnya mengirimkan pesawat bomber dan kapal induk.

WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) kembali unjuk kekuatan militer di kawasan Timur Tengah. Pada Senin (21/12) sebuah kapal selam nuklir milik Angkatan Laut AS telah melintasi Selat Hormuz menuju perairan Teluk Persia dan kehadiran kapal selam itu bertepatan dengan jelang peringatan setahun pembunuhan seorang jenderal Iran yang pernah memimpin Korps Pengawal Revolusi Islam bernama Qasem Soleimani, oleh pesawat nirawak (drone) AS, saat jenderal Iran itu berada dekat sebuah bandara di Baghdad, Irak.

"Kapal selam (yang melintas di Selat Hormuz) itu adalah USS Georgia yang sanggup membawa 154 unit misil penjelajah Tomahawk dan 66 personel pasukan khusus," demikian pernyataan Angkatan Laut AS.

Pernyataan Angkatan Laut AS terkait kehadiran kapal selam nuklirnya itu tak lazim karena biasanya amat dirahasiakan. Dalam pernyataan itu, turut ditampilkan pula foto-foto kapal selam USS Georgia sedang bergerak di permukaan saat melintasi Selat Hormuz dengan didampingi oleh dua kapal penjelajah yaitu USS Port Royal dan USS Philippine Sea.

"Kehadiran kapal selam USS Georgia menunjukkan komitmen AS terhadap mitra regional dan keamanan maritim atas kemampuan spektrum penuh untuk tetap siap mempertahankan diri dari ancaman apapun pada setiap saat," imbuh Angkatan Laut AS.

Terbunuhnya Soleimani pada awal Januari lalu nyaris menyeret AS dan Iran dalam konflik bersenjata apalagi kemudian Teheran menanggapi tewasnya Soleimani dengan serangan misil ke pasukan AS dan koalisinya di Irak.

Pejabat militer AS khawatir bahwa Teheran akan melancarkan serangan balasan terkait peringatan tewasnya Soleimani pada 3 Januari lalu. Dalam konferensi pers yang digelar Minggu (20/12), kepala pasukan AS di Timur Tengah, Jenderal Kenneth F McKenzie, menyatakan bahwa AS siap untuk bereaksi jika Iran melancarkan serangan balasan.

Bersamaan konferensi pers dari Jenderal McKenzie, kantor Kedutaan Besar AS di Baghdad jadi sasaran serangan misil, namun serangan itu dilaporkan hanya mengakibatkan kerusakan kecil dan tak ada korban jiwa.

Misi Pengentaran

Peringatan setahun terbunuhnya Jenderal Soleimani bertepatan dengan dikuranginya kekuatan pasukan AS di Irak dan oleh karena Pentagon semakin gencar pamer unjuk kekuatan untuk misi menggentarkan negara-negara musuhnya.

Pada 10 Desember lalu, Komando Pusat AS (CENTCOM) telah memerintahkan dua kapal bomber B-52H Stratofortress yang sanggup membawa senjata nuklir, untuk terbang melintas di atas kawasan Teluk sebelum kembali ke AS. Sementara itu kapal induk AS, USS Nimitz, sejak akhir November lalu sudah berada di perairan Teluk.

"Musuh potensial harus memahami bahwa tidak ada bangsa di Bumi yang lebih siap dan mampu dengan cepat mengerahkan kekuatan tempur tambahan dalam menghadapi agresi apapun," ucap Jenderal McKenzie.

Sementara seorang pejabat militer senior AS dalam sesi wawancara dengan NBC News menyatakan bahwa misi pengentaran dengan mengirimkan kekuatan tempur militer ditujukan untuk memastikan bahwa jika musuh memikirkan suatu tindakan agresif, maka mereka akan berpikir dua kali tentang hal itu sebelum benar-benar melakukannya. AFP/I-1

Baca Juga: