WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) telah mencapai kesepakatan dengan Jepang dan Belanda untuk membatasi Tiongkok mengakses teknologi pembuatan cip semikonduktor canggih mereka, menurut laporan Bloomberg News, mengutip orang-orang yang mengetahui langkah itu.

Laporan yang dirilis pada Jumat (27/1) itu menyebutkan bahwa beberapa perusahaan utama di Jepang dan di Belanda, sebagai bagian dari kesepakatan, akan melaksanakan beberapa langkah kontrol ekspor Amerika Serikat yang diberlakukan AS pada Oktober.

Kesepakatan baru itu akan membatasi akses Tiongkok ke teknologi semikonduktor dari perusahaan Belanda ASML serta perusahaan Jepang Nikon Corp dan Tokyo Electron Ltd.

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, mengatakan sebelumnya bahwa tidak jelas apakah Belanda akan mengungkapkan perincian tentang kesepakatan tersebut.

Bloomberg melaporkan pada Desember bahwa Jepang dan Belanda setuju secara prinsip untuk menegakkan beberapa aturan AS dalam mengekspor mesin pembuat cip canggih ke Tiongkok.

Menurut laporan tersebut, kedua negara diperkirakan akan melarang penjualan mesin yang mampu memproduksi cip berukuran 14 nanometer atau lebih ke Tiongkok.

Pada Oktober, pemerintahan Presiden AS, Biden, memperluas kontrol ekspor teknologi semikonduktor AS ke Tiongkok untuk membatasi kemampuan Beijing membuat mikrocip kelas atas tertentu yang digunakan dalam aplikasi militer.

Beijing Membalas

Beijing membawa masalah ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengajukan gugatan terhadap kontrol ekspor AS.

Tiongkok dan AS pun bertukar kritik tajam pada pertemuan WTO, pada Jumat (27/1/2023), dengan Beijing menyebut Washington sebagai "pengganggu sepihak" dan AS menuduh saingannya melakukan tindakan pembalasan ilegal.

Tiongkok telah melawan balik upaya AS. Beijing mengajukan perselisihan dengan Organisasi Perdagangan Dunia pada bulan Desember yang bertujuan untuk membatalkan kontrol ekspor yang diberlakukan AS.

"Tiongkok pasti akan memukul balik atas kontrol Cip," kata anggota Parlemen Jepang. Bahkan kepala eksekutif ASML telah memperingatkan bahwa kampanye AS dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Pada 25 Januari, CEO Peter Wennink mengatakan langkah-langkah kontrol ekspor yang dipimpin AS terhadap Tiongkok pada akhirnya dapat mendorong Beijing untuk berhasil mengembangkan teknologinya sendiri dalam peralatan pembuatan cip yang canggih.

"Jika mereka tidak bisa mendapatkan mesin tersebut, mereka akan mengembangkannya sendiri," ujarnya dalam wawancara dengan Bloomberg News. "Itu akan memakan waktu, tetapi pada akhirnya mereka akan sampai di sana," katanya.

Baca Juga: