Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji menyediakan lebih banyak senjata, termasuk sistem pertahanan udara canggih. Ini bertujuan untuk membantu Ukraina mempertahankan diri dari serangan Rusia.

"Presiden Biden berjanji untuk terus memberikan dukungan yang dibutuhkan Ukraina untuk mempertahankan diri, termasuk sistem pertahanan udara canggih," kata Gedung Putih, dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (11/10).

Dalam percakapan bersama Presiden Volodymyr Zelensky, Biden mengecam serangan luas Rusia ke sejumlah wilayah Ukraina pada Senin (10/10). Ia juga mengecam serangan rudal Rusia di seluruh Ukraina, termasuk di Ibu Kota Kiev.

Biden juga menyampaikan belasungkawa kepada orang-orang terkasih dari mereka yang tewas dan terluka dalam serangan yang disebutnya tidak masuk akal itu.

"Dia juga menggarisbawahi hubungannya yang berkelanjutan dengan para sekutu dan mitra untuk terus menekan Rusia, meminta pertanggungjawaban Rusia atas kejahatan dan kekejaman perangnya, dan memberi Ukraina bantuan keamanan, ekonomi, dan kemanusiaan," tutur Gedung Putih.

Zelensky secara terpisah mengatakan sistem anti serangan udara adalah prioritas nomor satu Ukraina dalam kerja sama pertahanan dengan AS.

"Kami juga membutuhkan kepemimpinan AS dengan sikap keras G7 dan dengan dukungan untuk resolusi kami di Majelis Umum PBB," ujar Zelensky di Twitter.

Sebelumnya, Rusia menembakkan total 84 rudal ke berbagai wilayah di Ukaina, di antaranya Kyiv, Lviv, Zhytomyr, Dnipro, Zaporizhzhia, dan Kharkiv. Insiden tersebut mengakibatkan 14 orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Dalam pesan video yang dirilis di Telegram, Zelensky mengatakan fasilitas energi Ukraina dan warganya adalah dua target utama Rusia. Dia kembali menyerukan agar warga Ukraina tetap tinggal di tempat-tempat penampungan.

Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan serangan Rusia merusak total 11 infrastruktur penting di delapan wilayah Ukraina, menurut laporan Kyiv Independent.

"Tujuan utama para penjahat perang ini adalah untuk menabur kepanikan, untuk menakut-nakuti, dan untuk meninggalkan Ukraina tanpa lampu dan pemanas," ujar Shmyhal.

Beberapa ledakan dilaporkan di kota-kota Ukraina, yaitu Odesa, Zhytomyr, Khmelnytsky, Dnipro, Lviv, Ternopil, dan Kiev, sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh intelijen Ukraina melakukan apa yang disebutnya serangan teroris di Jembatan Kerch.

Serangan Rusia juga merusak Gedung Philharmonic di Kiev, museum Hanenko dan Shevchenko, serta Taman Shevchenko.

"Satu-satunya taktik Putin adalah teror di kota-kota Ukraina yang damai, tetapi dia tidak akan menghancurkan Ukraina," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Twitter.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa gempuran massal terhadap Ukraina sebagai balasan atas ledakan Jemabtan Kerch dan "serangan teroris" lainnya yang diluncurkan intelijen Ukraina.

Ia menambahkan, bukti yang dikumpulkan penyidik Rusia menunjukkan intelijen Ukraina menjadi dalang di balik serangan jembatan pengubung Rusia dan Krimea itu pada Sabtu (8/10).

"Pagi ini, atas usulan Kementerian Pertahanan dan sesuai rencana Staf Umum Angkatan Bersenjata Federasi Rusia, serangan besar-besaran diluncurkan dengan senjata jarak jauh dengan presisi tinggi berbasis darat, laut dan udara pada fasilitas energi, administrasi militer dan komunikasi Ukraina," kata Putin dalam pertemuan dengan para anggota Dewan keamanan Rusia.

Baca Juga: