SYDNEY - Kantor beritaAustralian Broadcasting Corp(ABC) pada Senin (31/10) melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) berencana untuk mengerahkan hingga enam pesawat bomber berkemampuan nuklir B-52 ke sebuah pangkalan udara di Australia utara.ABCmenyatakan bahwa rencana AS itu merupakan sebuah langkah yang selanjutnya bisa mengobarkan ketegangan dengan Beijing.

"Fasilitas khusus untuk pesawat bomber akan didirikan di pangkalan terpencil Angkatan Udara Australia di Tindal, sekitar 300 kilometer selatan Darwin, ibu kota Negara Bagian Northern Territory," laporABCyang mengutip informasi dari sebuah dokumen AS.

Hingga berita ini ditulis, kantor Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, belum memberi tanggapan atas laporanABCini.

"AS telah menyusun rencana terperinci untuk apa yang disebutnya fasilitas operasi skuadron untuk digunakan selama musim kemarau di Northern Territory, berserta pusat pemeliharaan yang berdampingan dan area parkir untuk pesawat B-52," laporABC.

Langkah untuk mengerahkan pesawat bomber jarak jauh ke Australia dimaksudkan untuk mengirimkan pesan yang kuat kepada musuh tentang kemampuan AS untuk memproyeksikan kekuatan udara yang mematikan, demikian pernyataan Angkatan Udara AS dalam laporan itu.

Negara Bagian Northern Territory di Australia sendiri sudah sering menjadi tuan rumah kerjasama militer dengan AS. Ribuan marinir AS dirotasi di wilayah itu setiap tahun untuk pelatihan dan latihan bersama, yang untuk pertama kali dimulai di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama.

Awal tahun ini, AS mengerahkan empat pesawat bomber B-52 ke pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam.

Tahun lalu, Amerika Serikat, Inggris, dan Australia membuat kesepakatan keamanan yang akan memberi Australia teknologi untuk mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir, yang membuat marah Tiongkok berang.

"Menempatkan pesawat bomber B-52 di Australia yang dapat mencapai dan berpotensi menyerang daratan Tiongkok, akan menjadi peringatan bagi Beijing, seiring tumbuhnya ketakutan akan serangan terhadap Taiwan," ungkap Becca Wasser, rekan senior di Center for a New American Security yang berbasis di Washington DC, mengatakan kepadaABC.CNA/I-1

Baca Juga: