PBB - Washington dan sekutunya mengecam Korea Utara di PBB pada hari Jumat (28/6) bahwa Pyongyang melanggar langkah-langkah pengendalian senjata dengan memasok senjata ke Russia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

Wakil utusan Washington untuk PBB Robert Wood mengecam apa yang disebutnya "transfer senjata ilegal dari DPRK (Korea Utara) ke Russia" saat kedua pihak menjalin hubungan yang semakin erat.

"Kami mengutuk sekeras-kerasnya, transfer yang melanggar hukum tersebut, yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap kemampuan Russia untuk melancarkan perang melawan Ukraina," kata Wood menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai masalah tersebut.

Pasokan senjata dan amunisi oleh Korea Utara melanggar resolusi Dewan Keamanan mengenai masalah ini pada tahun 2006, 2009 dan 2016, katanya.

Jonah Leff, direktur eksekutif di Conflict Armament Research (CAR) yang melacak penggunaan senjata dalam perang, mengatakan kepada DK PBB bahwa CAR telah menemukan bukti penggunaan rudal balistik Korea Utara di Ukraina, yang melanggar sanksi.

"Tim investigasi lapangan CAR mendokumentasikan secara fisik sisa-sisa rudal balistik yang menghantam Kharkiv pada tanggal 2 Januari 2024," yang menurutnya disimpulkan oleh para penyelidik sebagai buatan Korea Utara "berdasarkan beberapa fitur unik."

Leff mengatakan rudal serupa juga menyerang Kyiv dan Zaporizhzhia awal tahun ini.

Duta Besar Russia untuk PBB Vasily Nebenzya membantah tuduhan Moskow berupaya melemahkan sanksi, dan ia menentang kehadiran Ukraina dan Uni Eropa pada pertemuan tersebut.

Hubungan antara Moskow dan Pyongyang mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menjadi tuan rumah bagi Presiden Rusia Vladimir Putin awal bulan ini dan menandatangani perjanjian pertahanan bersama.

Ketegangan meningkat di semenanjung tersebut, Korea Selatan khawatir dengan sikap Moskow yang merangkul tetangganya yang tidak dapat diprediksi. Korea Utara menanggapi balon-balon propaganda pro-Seoul dengan balon-balonnya sendiri yang membawa sampah ke arah selatan.

Wood mengatakan Tionhgkok dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah meningkatnya hubungan militer antara Rusia dan Korea Utara. Hal itu menuai teguran dari duta besar Beijing untuk PBB yang mengatakan "AS harus berpikir secara mendalam, terutama atas tindakannya sendiri alih-alih menyalahkan pihak lain" atas meningkatnya ketegangan di semenanjung.

Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik pada tanggal 25 Juni, yang menurut Wood menunjukkan "penghinaan" terhadap Dewan Keamanan.

Washington telah lama mengklaim bahwa Russia menghabiskan amunisi dan kehilangan peralatan berat di Ukraina, sehingga memaksa Kremlin untuk beralih ke kelompok kecil sekutunya, termasuk Korea Utara, untuk mendapatkan dukungan.

Duta Besar Korea Utara untuk PBB Kim Song mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa "tidak ada alasan apa pun untuk khawatir" dan perjanjian yang ditandatangani antara Moskow dan Pyongyang dimaksudkan untuk "mendorong kemajuan" dalam hubungan.

Washington bergabung dengan sekutunya, Prancis dan Inggris, dalam mengecam pengiriman senjata Korea Utara ke Rusia.

Putin mengecam Amerika Serikat atas dukungan militernya yang berkelanjutan terhadap Ukraina, dengan mengatakan pekan lalu bahwa ia "tidak menutup kemungkinan" mengirim senjata ke Korea Utara.

Baca Juga: