MOSKOW - Amerika Serikat (AS) dan sekutu Baratnya berusaha mencegah terpuruknya kinerja angkatan bersenjata Ukraina ketika Kiev kehilangan wilayah dan kehabisan amunisi, seperti dilaporkan surat kabar Politico pada Minggu (18/2).

Seperti dikutip dari Antara, Politico yang merupakan media berbasis di Amerika Serikat itu mengutip sejumlah anggota parlemen AS dan para pejabat asing.

Pemberitaan tersebut mencatat pada konferensi keamanan terakhir di Munchen, anggota parlemen AS dari kedua partai meyakinkan sekutunya bahwa Dewan Perwakilan Rakyat negara adidaya itu akan menyetujui paket bantuan tambahan untuk Kiev paling cepat pada Maret.

Pada saat yang sama, anggota Kongres yang terus mengadvokasi pasokan senjata baru ke Kiev khawatir bahwa mantan Presiden AS Donald Trump dapat mengganggu rencana mereka untuk mendapatkan pendanaan baru, menurut laporan itu.

Keyakinan terhadap apa yang dapat dicapai Ukraina di medan perang, serta terhadap Presiden AS Joe Biden, berada pada titik terendah dalam dua tahun terakhir, tambahnya.

Selain itu, seorang anggota parlemen Ukraina mengatakan Kiev prihatin dengan kurangnya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Washington dalam mengalokasikan lebih banyak dana kepada Ukraina dan mengirim lebih banyak amunisi, termasuk rudal jarak jauh, lanjut laporan tersebut.

Hibah Senjata

Sementara itu, Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen berjanji menghibahkan seluruh cadangan persenjataan artilerinya untuk Ukraina, yang saat ini tengah berperang dengan Russia, demikian dilaporkan media setempat pada Minggu (18/2).

Dalam Konferensi Keamanan Munich yang berlangsung pada 16-18 Februari di Jerman, Frederiksen juga menegaskan pentingnya persatuan antara negara-negara Eropa dalam mendukung Ukraina.

Dukungan dapat ditunjukkan dengan menghibahkan persenjataan, amunisi, dan sistem pertahanan udara yang amat dibutuhkan negara Eropa Timur tersebut, ucapnya. "Dari pihak Denmark, kami memutuskan mendonasikan seluruh cadangan artileri," kata PM Denmark itu.

Frederiksen mengkritik pemimpin negara-negara Eropa yang menurutnya memanfaatkan alasan masalah produksi persenjataan sehingga urung mengirimkan persenjataan untuk pihak Ukraina.

"Ini bukan hanya persoalan terkait produksi, karena saat ini kita punya senjata, amunisi, maupun pertahanan udara yang kita tidak gunakan di saat justru seharusnya dikirimkan ke Ukraina," ujarnya.

Ia juga mendorong negara-negara Eropa untuk tidak menunggu Amerika Serikat menyetujui pembiayaan pemasokan senjata untuk militer Ukraina untuk bertindak. "Tidak peduli apa pun yang akan dilakukan AS nantinya, kita, warga Eropa, harus bisa membela diri. Ini adalah perang yang terjadi di benua Eropa," kata Frederiksen, menegaskan.

Pernyataan itu disampaikan Frederiksensaat Ukraina mengalami kekurangan personel dan amunisi dalam menghadapi rongrongan militer Russia di garis depan di bagian timur negara itu.

Meski Ukraina terus mendorong supaya persenjataan segera dikirim,menurut Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell pada 31 Januari, Uni Eropa hanya akan bisa mengirimkan setengah dari satu juta butir artileri yang dijanjikan pada Maret.

Sisa dari target pengiriman ke Ukraina selanjutnya akan diselesaikan sebelum akhir tahun, kata Borrell.

Denmark merupakan salah satu pemasok senjata terbesar untuk Angkatan Bersenjata Ukraina. Negara itu juga berjanji mengirim 19 unit pesawat tempur F-16 sebelum akhir tahun dan setelah selesai melatih pilot-pilot Ukraina.

Di sisi lain, Rusia berulang kali mengkritisi negara-negara Barat yang terus memasok senjata ke Ukraina. Russia menganggap tindakan itu hanya akan memperpanjang konflik.

Baca Juga: