WASHINGTON DC - Seorang pejabat Gedung Putih pada Rabu (4/8) mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) yang menutup perbatasannya untuk sebagian besar pelancong asing ketika pandemi virus korona mulai merebak, kini berencana mengizinkan pengunjung yang sudah divaksinasi dosis lengkap untuk memasuki negara itu.
"Washington DC sedang mengembangkan pendekatan bertahap yang bisa berubah, dengan pengecualian terbatas bahwa warga negara asing yang masuk ke AS dari semua negara perlu divaksinasi sepenuhnya," kata pejabat itu, tanpa rinci kapan waktu rencana itu akan diterapkan.
"Pemerintahan AS pimpinan Presiden Joe Biden, mengakui pentingnya perjalanan internasional dan ingin membuka kembali pengunjung dari luar negeri dengan cara yang aman dan berkelanjutan," imbuh pejabat itu.
Rencana tersebut menandai evolusi tentatif tetapi signifikan dalam pendekatan AS untuk membendung wabah, dengan Washington DC menyatakan baru-baru ini bahwa mereka akan tetap menutup pembatasan bagi kedatangan internasional walau muncul desakan dari Eropa untuk membuka perbatasan.
Dalam keterangannya, pejabat di Gedung Putih itu juga menambahkan informasi bahwa sebuah kelompok kerja sedang mengembangkan sistem baru yang konsisten dan aman bagi menerima kedatangan pelancong internasional ketika pintu perbatasan AS dibuka kembali.
Ketidakpastian Pandemi
AS saat ini masih membatasi perjalanan dari Uni Eropa (UE), Inggris, Tiongkok dan Iran, selama lebih dari setahun karena pandemi Covid-19. AS pun kemudian menambahkan negara-negara lain termasuk Brasil dan India dalam daftar pembatasan perjalanan.
Sedangkan UE mulai Juni lalu telah membuka diri untuk pelancong dari AS hanya dengan bekal bukti vaksinasi atau tes negatif Covid-19. UE mengambil langkah ini karena ada tekanan dari negara-negara yang amat bergantung pada sektor pariwisata seperti Yunani, Spanyol dan Italia yang mengkhawatirkan upaya pemulihan ekonominya akan terus tersendat akibat ketidakpastian akhir dari pandemi ini.
Semantara itu varian Delta telah mendorong lonjakan kasus Covid di AS, terutama di antara orang yang tidak divaksinasi. AFP/I-1