TBILISI - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, pada Senin (18/10), waktu Washington menyatakan pihaknya mengawasi cermat pengembangan sistem senjata canggih Tiongkok menyusul laporan yang menyebutkan Beijing telah menguji rudal hipersonik berkemampuan nuklir. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah laporan di surat kabar Financial Times yang mengatakan Beijing telah meluncurkan roket pada Juli yang membawa senjata luncur hipersonik.

Beijing menyatakan yang dimaksud itu adalah kendaraan luar angkasa, bukan rudal. AS dan Russia telah menguji senjata hipersonik, biasanya didefinisikan sebagai rudal yang terbang lebih dari lima kali kecepatan suara, dalam perlombaan untuk senjata generasi baru yang lebihsulit dideteksi dan dibendung oleh sistem pertahanan udara.

Seperti dikutip dari Reuters, Austin kepada wartawan mengatakan selama kunjungannya ke Georgia pihaknya mengamati cermat perkembangan persenjataan dan kemampuan serta sistem canggih Tiongkok yang hanya akan meningkatkan ketegangan di kawasan itu.

Menurut dia, Washington akan tetap fokus pada tantangan militer dari Beijing. Austin berbicara selama perjalanan ke Eropa, di mana Pentagon mengatakan dia akan meyakinkan sekutu dan mitra komitmen AS untuk kedaulatan mereka dalam menghadapi agresi Russia. AS, kata Austin, akan bermitra dengan Georgia, yang kalah perang dengan Russia pada 2008, untuk membantu memperkuat pertahanan dan kemampuan pencegahan negara bekas Uni Soviet itu.

Ancaman Rudal

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan, Kathleen Hicks, mengatakan AS akan bekerja sama dengan sekutu dan mitra di Asia untuk menghadapi ancaman rudal dari Tiongkok. "Ancaman rudal yang ditimbulkan oleh Tiongkok semakin meningkat," kata Hicks seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Dia pun berharap bisa mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang postur pasukan AS di kawasan Indo-Pasifik, serta bekerja dengan sekutu dan mitra untuk meningkatkan upaya pertahanan rudal di kawasan tersebut. "Kerja sama memperkuat pencegahan dan memberikan jaminan penting bagi sekutu AS yang terancam oleh paksaan rudal dan potensi serangan," kata Hicks.

Baca Juga: