SYDNEY - Kantor berita VoA pada Kamis (10/6) menulis bahwa para pejabat di Australia dan Amerika Serikat (AS) saat ini sedang memantau dengan seksama rencana kontroversial untuk memperbaiki landasan terbang era Perang Dunia II di sebuah pulau terpencil di Kiribati yang berada di tengah Samudra Pasifik.

Kiribati merupakan negara terpencil yang terdiri 33 pulau karang (atol), yang tersebar di garis khatulistiwa. Dengan jumlah penduduk sekitar 100 ribu orang, negara itu menjadi pusat intrik geopolitik antara Tiongkok di satu sisi, dan AS bersama sekutunya, seperti Australia, di sisi yang lain.

Pulau Kanton adalah sebidang tanah sempit dengan banyak sejarah militer. Pada Perang Dunia II, Angkatan Laut AS membangun landasan terbang sepanjang 2 kilometer untuk meningkatkan kampanye melawan pasukan Jepang di kawasan Pasifik.

Landasan itu digunakan hingga era '70-an untuk penelitian mengenai misil dan ruang angkasa, namun kini sudah tidak terpelihara dan jarang digunakan.

Saat ini Kiribati berencana meningkatkan potensi landasan yang sudah bobrok itu dan Tiongkok telah mendanai penelitian untuk menilai kelayakan rencana tersebut. Kementerian Luar Negeri Tiongkok sebelumnya mengatakan bahwa Beijing tengah menjajaki rencana untuk meningkatkan dan memperbaiki landasan terbang di Pulau Kanton atas undangan pemerintah Kiribati.

Pihak berwenang di Kiribati bersikeras bahwa proyek itu hanya akan digunakan untuk kepentingan sipil dan non-militer, serta akan membantu Kanton menjadi tujuan wisata khusus kelas atas.

Meski demikian, mengingat lokasi pulau yang strategis di antara benua Asia dan Amerika, ada kekhawatiran di Australia dan lainnya bahwa Beijing dapat merencanakan pembangunan pangkalan militer baru di wilayah itu.

Timbulkan Kegelisahan

Anna Powles, dosen senior di Pusat Studi Pertahanan dan Keamanan di Universitas Massey, Selandia Baru, menuturkan kepada Australian Broadcasting Corp, bahwa keterlibatan Tiongkok dalam proyek landasan pacu itu menimbulkan kegelisahan.

"Kanton terletak di seberang jalur laut utama antara Amerika, Australia dan Selandia Baru, serta Asia. Lokasinya 3.000 kilometer di barat daya Hawaii, di mana komando Indo-Pasifik AS bermarkas, yang mana menjadi bagian dari kekhawatiran strategis itu," ujar Powles.

Kiribati memiliki sedikit sumber daya alam dan merupakan salah satu negara tertinggal di kawasan Pasifik. Pada 2019, negara itu memutus hubungan diplomatiknya dengan Taiwan demi Beijing.

Pemerintah negara kepulauan itu mengatakan spekulasi yang mengaitkan proyek landasan pacu dengan ekspansi militer Tiongkok di kawasan tersebut keliru. Di sisi lain, politikus oposisi di Kiribati mengatakan mereka tidak mempercayai pemerintah Tiongkok.

Australia telah mengindikasikan pihaknya akan bersedia membantu membayar perbaikan landasan pacu Pulau Kanton. Kiribati, yang sebelumnya bernama Kepulauan Gilbert, menjadi koloni Inggris pada 1915. Wilayah itu kemudian dicaplok Jepang selama Perang Dunia II pada 1941, sebelum akhirnya dibebaskan pasukan Sekutu. Negara kepulauan itu merdeka dari Inggris pada 1979 dengan nama baru, Kiribati. AsiaTimes/VoA/I-1

Baca Juga: