WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS), pada Senin (17/10), memperingatkan akan mengambil tindakan terhadap perusahaan dan negara yang terkait dengan program pengembangan drone Iran setelah Russia menggunakan impor pesawat tak berawak untuk serangan kamikaze yang mematikan di Kyiv, Ukraina.

"Siapa pun yang melakukan bisnis terkait pengembangan drone atau pengembangan misil Iran yang diimpor ke Russia, AS tidak akan ragu untuk menerapkan sanksi atau mengambil tindakan terhadap pelaku," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Vedant Patel, mengatakan kepada wartawan.

"Ketika Russia memperdalam aliansi dengan Iran adalah sesuatu yang harus dilihat seluruh dunia, terutama di kawasan dan di seluruh dunia, sebagai ancaman besar," imbuh dia.

Sementara itu, pejabat Ukraina mengatakan bahwa serangan kamikaze drone itu telahmenewaskan empat orang di Kyiv dan mematikan pasokan listrik ke ratusan kota dan desa saat Ukraina bersiap menghadapi musim dingin.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan serangan drone itu menunjukkan perlunya untuk memberikan setiap bantuan ke Ukraina agar pasukannya bisa melawan kekuatan penjajah Russia menjelang musim dingin.

"Russia menyerang infrastruktur penting seperti pembangkit listrik, rumah sakit, hal-hal yang dibutuhkan orang dalam kehidupan sehari-hari mereka yang bukan target militer," kata Menlu Blinken kepada wartawan di Stanford University di California.

"Ini adalah tanda meningkatnya keputusasaan oleh Russia, tetapi itu juga merupakan tanda bahwa mereka akan sengaja berulang kali menargetkan warga dan infrastruktur sipil," imbuh Blinken.

Langgar DK PBB

Sementara itu Patel mengatakan AS juga percaya bahwa pengiriman drone Iran telah melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB. "Kami meyakini bahwa drone yang ditransfer dari Iran ke Russia dan digunakan oleh Russia di Ukraina adalah salah satu senjata yang akan tetap diembargo di bawah Resolusi DK PBB," kata dia.

Mengutip intelijen AS yang dirilis sebelumnya, Patel mengatakan bahwa beberapa drone Iran yang dijual ke Russia tidak berfungsi.

"Transfer tersebut menunjukkan adanya tekanan besar pada Russia, yang menurut perhitungan AS telah kehilangan 6.000 peralatan militer sejak menginvasi Ukraina," kata dia.

"Moskwa terpaksa untuk menggunakan peralatan militer dari negara-negara yang tidak dapat diandalkan seperti Iran," ungkap Patel. AFP/N-3

Baca Juga: