Dalam pembicaraan via telepon antara wakil menteri luar negeri AS dan Tiongkok, Washington DC menegaskan bahwa AS tetap berkomitmen untuk mendukung Filipina dalam sengketa LTS.

WASHINGTON DC - Seorang pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) pada Kamis (27/6) mengatakan kepada mitranya dari Tiongkok bahwa komitmen pertahanan Washington DC terhadap Filipina tetap sangat kuat setelah terjadi bentrokan kekerasan di Laut Tiongkok Selatan (LTS).

Hal itu diutarakan oleh Wakil Menteri Luar Negeri AS, Kurt Campbell, saat ia menyampaikan keprihatinan serius mengenai tindakan-tindakan Tiongkok di LTS dalam pembicaraan via telepon dengan Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok, Ma Zhaoxu, ungkap Kementerian Luar Negeri AS.

"Campbell menegaskan kembali bahwa komitmen AS terhadap Filipina di bawah Perjanjian Pertahanan Bersama tetap teguh," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, dalam sebuah pernyataan.

"Campbell juga menyerukan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, setelah latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan tak lama setelah pelantikan Presiden Lai Ching-te, dan kekhawatiran baru AS tentang ekspor Tiongkok yang mendukung industri pertahanan Russia," imbuh dia.

Ketegangan meningkat antara Filipina dan Tiongkok di LTS setelah personel Penjaga Pantai Tiongkok yang membawa pisau, tongkat, dan kapak, mengepung dan menaiki tiga kapal Angkatan Laut Filipina beberapa waktu lalu dalam konfrontasi yang paling serius dari sejumlah konfrontasi sebelumnya.

Tiongkok telah menegaskan klaimnya di LTS yang strategis dan secara terpisah telah memberikan tekanan pada Taiwan, yang dianggap sebagai bagian dari wilayahnya yang sedang menunggu penyatuan kembali.

AS diketahui telah menyediakan senjata untuk Taiwan, namun dengan sengaja bersikap ambigu mengenai apakah Taiwan akan membela diri jika terjadi invasi dari Tiongkok. Sebaliknya, AS memiliki perjanjian pertahanan dengan Filipina yang dibuat pada tahun 1951 yang menyatakan bahwa Washington DC akan membantu bekas negara koloninya itu jika terjadi serangan bersenjata.

AS sendiri telah berulang kali menekankan komitmennya terhadap perjanjian tersebut tanpa menjelaskan secara terbuka di mana titik di mana Tiongkok telah melewati batas.

Meskipun ada beberapa area yang mengalami ketegangan, pemerintahan Presiden Joe Biden telah bekerja untuk memperluas komunikasi dengan Tiongkok demi mengurangi kemungkinan konflik yang lebih besar.

"Pernyataan Campbell adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk mempertahankan jalur komunikasi terbuka antara kedua negara dan secara bertanggung jawab mengelola persaingan dalam hubungan tersebut," kata Miller.

Tanggapan Beijing

Menanggapi sikap AS tersebut, pada Jumat (28/6) Tiongkok mendesak AS untuk berhenti menoleransi dan mendukung provokasi yang dilakukan Filipina.

"AS harus berhenti memaafkan dan mendukung provokasi dan gangguan Filipina serta mengambil tindakan praktis untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di LTS," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning.

Pada pengarahan rutinnya, Mao menambahkan bahwa Filipina telah mengabaikan konsensus dengan Tiongkok, menantang kedaulatan dan integritas wilayahnya, dan bersikeras mengirimkan pasokan bahan-bahan konstruksi ke kapal perang usang yang sengaja dikandaskanoleh Manila pada tahun 1999 di Second Thomas Shoal untuk memperkuat klaim kedaulatannya.

Pada 17 Juni lalu, seorang pelaut Filipina terluka setelah apa yang oleh pihak militer di Manila disebut sebagai insiden penyerudukan berkecepatan tinggi yang disengaja oleh kapal Penjaga Pantai Tiongkok, sebuah pernyataan yang dibantah oleh Tiongkok dan mengatakan bahwa tindakannya tersebut sah.AFP/ST/I-1

Baca Juga: