CAPE CANAVERAL - Militer Amerika Serikat baru-baru ini dilaporkan akan menguji coba peluncuran Senjata Hipersonik Jarak Jauh atau Long-Range Hypersonic Weapon (LRHW) dari Cape Canaveral di Florida, minggu ini. Rencana diam-diam itu menjadi uji coba senjata hipersonik milik AS, yang sedang mencoba mengejar ketertinggalan jenis senjata itu dari Rusia dan Tiongkok.

Dikutip dari Gizmodo, Badan Intelijen Geospasial Nasional, telah mengeluarkan peringatan navigasi wilayah udara dan maritim untuk Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida dari tanggal 6 hingga 8 September, yang menyarankan upaya peluncuran kedua dari uji coba rudal hipersonik. Lintasan peluncuran minggu ini sejalan dengan uji coba rudal hipersonik yang semula direncanakan pada Maret.

Marco Langbroek, dosen astrodinamika di Delft Technical University di Belanda, memetakan zona bahaya yang diumumkan minggu ini dan membandingkannya dengan zona bahaya yang direncanakan untuk peluncuran awal tahun ini.

Pada Maret, peringatan navigasi serupa untuk Cape Canaveral muncul tetapi tidak ada peluncuran yang benar-benar dilakukan. Angkatan Darat AS kemudian mengumumkan bahwa mereka telah membatalkan uji coba LRHW karena kegagalan baterai yang terdeteksi selama pemeriksaan pra-peluncurannya.

"Kesimpulan bahwa ini adalah tes LRHW yang saya ambil terutama dari kemiripannya dengan tes bulan Maret, yang kita tahu adalah tes LHRW karena diakui pada saat itu," kata Langbroek kepada Gizmodo melalui email. "Mereka sangat mirip, dan karakter ' bercabang' kurang lebih unik pada dua kesempatan ini."

Menurut Langbroek, pola bercabang yang diuraikan pada pemetaan menunjukkan semacam muatan yang dapat bermanuver seperti pesawat layang hipersonik. "Area AC sejajar dengan landasan peluncuran 46 di Cape Canaveral, landasan peluncuran yang sama yang akan digunakan untuk uji coba bulan Maret," tambahnya.

Rudal hipersonik mampu terbang dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan suara. Senjata-senjata ini bukanlah hal baru. Faktanya, militer AS mulai mengembangkan teknologi senjata hipersonik pada 1960-an. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, AS telah tertinggal dibandingkan Rusia dan Tiongkok, sesuatu yang sangat mereka harapkan dapat diubah.

Meskipun saat ini tidak ada rudal hipersonik, proposal anggaran Pentagon 2024 menunjukkan bahwa Departemen Pertahanan memperkirakan akan memiliki setidaknya 24 rudal dalam waktu dekat.

Baca Juga: