WASHINGTON - Amerika Serikat berencana menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 500 target yang terlibat dalam perang Rusia di Ukraina, ketika pertempuran terus telah berlangsung dua tahun, kata Departemen Keuangan AS pada Kamis (22/2).

Tindakan yang akan dilaksanakan pada Jumat (23/2) ini akan berdampak pada "Rusia, pendukungnya, dan mesin perangnya," kata juru bicara Departemen Keuangan kepada AFP.

Pejabat itu menambahkan, sanksi ini akan diberlakukan baik dari Kementerian Keuangan maupun Departemen Luar Negeri.

Ini akan menjadi "tahap terbesar sejak dimulainya invasi Putin ke Ukraina," kata Departemen Keuangan, mengacu pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sejak Rusia menginvasi negara tetangganya Ukraina pada Februari 2022, Washington dan sekutunya telah memberlakukan sejumlah sanksi, yang menargetkan pendapatan Moskow dan kompleks industri militer.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembatasan harga yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya, untuk memangkas pendapatan Moskow dari ekspor minyak dan produk minyak bumi.

Untuk mengurangi pendanaan perang sambil tetap memastikan pasokan ke pasar global, koalisi yang melibatkan negara-negara maju G7, Uni Eropa, dan Australia telah menetapkan batas harga minyak mentah Rusia sebesar 60 dollar AS per barel.

Karena pembatasan tersebut, Rusia mempunyai pilihan untuk menjual minyak dengan potongan harga ke negara-negara koalisi atau berinvestasi dalam membangun ekosistem alternatif.

Dalam beberapa bulan terakhir, koalisi mengumumkan rencana memperketat kepatuhan terhadap batas atas harga.

Sanksi 'terhadap Putin'

Sanksi baru yang akan diumumkan pada hari Jumat datang setelah pemimpin oposisi Kremlin Alexei Navalny meninggal pekan lalu di penjara Arktik.

Presiden AS Joe Biden sebelumnya menegaskan kembali rencana pemberian sanksi. Sanksi tersebut akan "melawan Putin, yang bertanggung jawab atas kematian Navalny."

Pada hari Kamis, Biden mengatakan telah bertemu secara pribadi di California dengan janda Navalny dan putrinya.

Dia mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan dengan Yulia dan Dasha Navalnaya di San Francisco, mendiang Navalny adalah "seorang pria yang memiliki keberanian luar biasa."

Pihak berwenang Rusia mengumumkan pada 16 Februari bahwa Navalny (47) meninggal mendadak dalam tahanan.

Baca Juga: