RIYADH - Arab Saudi pada Senin (22/3) mengusulkan gencatan senjata dalam perang saudara di Yaman yang sudah berlangsung lama, tetapi pemberontak Houthi tampaknya menolak. Menurut Houthi, tawaran itu bukan sesuatu yang baru dan tidak cukup jauh mengatasi masalah.

Selain gencatan senjata di seluruh negara itu, Riyadh mengatakan, bandara Sana'a akan dibuka kembali. Bandara itu berada dalam teritori yang dikuasai Houthi. Namun, koalisi pimpinan Saudi, yang mendukung pemerintahan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi, menguasai wilayah udara dan telah memblokir penerbangan di sana selama bertahun-tahun.

Pihak Saudi juga mengatakan, cukai dan pungutan dari pelabuhan Hodeidah akan dimasukkan ke rekening gabungan di Bank Sentral Yaman. Pemerintah Yaman maupun pemberontak, yang didukung Iran, akan punya akses ke rekening itu.

Kedua pihak sudah menyepakati pengaturan ini dalam perundingan di Stockholm pada 2018, tetapi belum diterapkan sepenuhnya. Koalisi pimpinan Saudi dan PBB mengatakan, pihak Houthi menyelewengkan jutaan dolar dari dana ini. Dana ini nantinya akan digunakan untuk membayar gaji para pegawai negeri Yaman yang sudah lama tertunda.

Pembicaraan politik akan menyusul, kalau pihak-pihak yang bertikai di Yaman setuju atas usul ini.

"Terserah kepada pihak Houthi sekarang," kata Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al Saud kepada para wartawan dalam konferensi pers di Riyadh. "Pihak Houthi harus memutuskan apakah akan mendahulukan kepentingan mereka atau kepentingan Iran dulu," imbuh dia.

Pemerintahan Presiden Hadi menyambut baik pengumuman itu, tetapi pihak Houthi, yang menguasai hampir 70 persen teritori Yaman, tidak antusias. VoA/I-1

Baca Juga: