RIYADH - Militer Arab Saudi mencegat lima rudal balistik dan empat pesawat nirawak (drone) yang ditembakkan pemberontak Houthi di Yaman ke arah Kota Jizan pada Rabu (14/4) malam. Juru bicara koalisi militer Saudi, Turki al-Maliki, mengatakan puingpuing rudal jatuh dan menyebabkan kebakaran kecil di Kompleks Universitas Jizan. "Puing-puing jatuh di kampus Universitas Jizan, menyebabkan kebakaran kecil yang berhasil dikendalikan dan tidak ada korban jiwa," kata Al-Maliki, Kamis (15/4).
Al-Maliki menuturkan, Houthi menembakkan rudal tersebut dari Provinsi Sa'ada, Yaman. Ia mengutuk Houthi lantaran terus meningkatkan serangan udara terhadap "sasaran sipil". "Tindakan bermusuhan ini merupakan kejahatan perang," kata Al- Maliki.
Sementara itu, juru bicara Houthi di Ibu Kota Yaman, Sanaa, mengatakan bahwa 11 rudal dan drone telah diluncurkan dan menargetkan fasilitas minyak raksasa Saudi, Aramco. Selain itu, rudal dan drone Houthi itu hendak menyasar baterai anti-rudal Patriot dan "fasilitas sensitif" Saudi lainnya di Jizan.
Drone dan rudal itu merupakan serangan teranyar dari Houthi ke Saudi selama pekan ini. Di awal pekan, Houthi mengeklaim telah melakukan serangan lain dengan meluncurkan 17 drone yang menargetkan berbagai sasaran fasilitas di Saudi, termasuk Aramco.
Namun, serangan Houthi ke situs Aramco pada awal pekan ini tidak dikonfirmasi pihak berwenang Saudi. Namun, koalisi militer Saudi mengatakan bahwa enam drone Houthi sempat dicegat tanpa menyebutkan detail kejadian dan dampaknya. Houthi baru-baru ini meningkatkan serangan drone dan rudal lintas batas di kota-kota Saudi, sebagian besar menargetkan Arab Saudi selatan.
Namun, pasukan Koalisi mengatakan mereka berhasil mencegat sebagian besar serangan. Selama beberapa tahun belakangan, Houthi memang kerap melancarkan serangan ke Saudi, terutama setelah Riyadh membentuk koalisi untuk menggempur kelompok pemberontak tersebut untuk membantu pemerintah Yaman. Saudi mulai mengintervensi perang sipil di Yaman sejak 2015, ketika Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi terpaksa kabur setelah Houthi menduduki Istana Kepresidenan di Sanaa. Konflik ini disebut-sebut sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran di kawasan karena sejumlah pihak menuding Teheran menyokong pergerakan Houthi.
Houthi menyangkal tuduhan Saudi bahwa mereka adalah boneka Teheran. Mereka mengaku beroperasi untuk memerangi sistem yang korup di Yaman dan agresi asing. Insiden Kamis terjadi beberapa hari setelah Houthi mengeklaim telah meluncurkan serangan drone terhadap fasilitas Saudi Aramco pada Senin (12 April) lalu. November tahun lalu, serangan Houthi menghantam fasilitas Saudi Aramco di Jeddah dengan rudal Quds-2, membuat lubang di tangki minyak dan memicu ledakan serta kebakaran.