Angin puting beliung biasanya menyerang lahan luas dan kosong, tetapi kini kawasan perumahan yang padat pun sudah mulai diserang angin dengan putaran berkecepatan tinggi itu. Kejadian terbaru angin puting beliung menyergap kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar).

Angin berkecepatan tinggi itu menerjang Desa Bojongloa, Desa Jelegong, Desa Rancaekek Wetan dan Desa Kencana. Dilaporkan oleh Badan Penenanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, sebanyak 738 rumah rusak dengan jumlah Kepala Keluarga 753. Genteng rumah terbawa angin demikian pula pohon banyak yang tumbang.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil langsung menjenguk korban. Ia meminta masyarakat Jabar perlu mewaspadai bencana alam khususnya angin puting beliung yang sulit diprediksi kemunculannya. Sebab biasanya angin puting beliung terjadi di dataran rendah seperti persawahan.

Ia pun mengakui sedang mencari teknologi pendeteksi datangnya angin puting beliung. "Makanya saya mengimbau para akademisi berinovasi mencari teknologi itu," kata Emil, sapaan akrabnya.

Keinginan Emil wajar, mengingat Jabar khususnya Kota Bandung memiliki Institut Teknologi Bandung (ITB). Gudangnya ilmuwan dan peneliti, yang diharapkan mampu membuat alat deteksi datangnya puting beliung ini.

Sebenarnya ITB sudah memiliki alat pendeteksi badai, namun alat ini baru dipamerkan di Arab Saudi. Alat ini ditampilkan pada Festival Janadriyah Ke-33 di Riyadh, Arab Saudi, belum lama ini.

Dalam festival tersebut, Dosen ITB, Armi Susandi memamerkan aplikasi bernama Hidrometeorological Hazard Early Warning System(H-HEWS) yang memiliki fungsi dapat mendeteksi badai di Arab Saudi. Sebab bencana badai yang kerap terjadi di Arab Saudi telah menimbulkan dampak kerugian materi dan jiwa yang cukup besar.

Sistem tersebut dapat memberikan informasi prediksi badai pasir, gelombang panas, hujan lebat dan cuaca ekstrem lainnya dengan tingkat keakuratan mencapai 85 persen. Sistem tersebut bisa memprediksi tiga hari ke depan per tiga jam akan adanya potensi badai.

Aplikasi tersebut saat ini baru bisa dioperasikan lewat komputer, pengembangan selanjutnya akan dibuat aplikasi khusus yang bisa digunakan di Android dan iOS. Melalui aplikasi tersebut, ITB membuka peluang kerjasama dengan Arab Saudi dalam penerapanpengaplikasiannya.

Saat ini pun, aplikasi tersebut sedang dalam proses paten HAKI. Meskipun yang dipamerkan masih berupa prototipe, namun menurut Armi, sudah berfungsi 80 persen. Bahkan saat pameran, sudah diujicoba langsung.

"Sistem ini dirancang untuk digabung dengan data lainnya. Misalnya data kependudukan, data rumah sakit, data sungai, data rumah, jalan, dll. Ini produk ITB dan kita membangunnya hanya dua minggu sebelum festival ini," katanya.

Fitur utama dalam sistem tersebut adalah memprediksi temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban, dan tekanan udara. Serta fitur warning bencana untuk potensi bencana badai pasir, angin kencang, gelombang panas, dan hujan lebat. Dijelaskan, nilai plus dari sistem yang dibuat adalah sudah memakai bahasa arab. Sehingga memudahkan orang Arab untuk menggunakannya.

Aplikasi tersebut dapat memprediksi badai dengan menggunakan satelit. Namun nanti akan dikombinasikan dengan data lapangan setelah kerjasama terjalin. Menurutnya, aplikasi tersebut memiliki tingkat keakuratan sangat baik karena daerah Arab Saudi tidak banyak memiliki gunung dan lembah. tgh/R-1

Mengurangi Risiko Dampak Badai

H-HEWS merupakan sistem yang terintegrasi dan saling mendukung yang melibatkan di antaranya teknologi sensor satelit, model matematis, dan keputusan ahli (expert judgement). Sistem ini didukung sistem komputasi yang canggih yang didukung infrastruktur High Performance Computing (HPC). Teknologi komputasi yang canggih memungkinkan untuk dihasilkannya suatu teknologi deteksi dini potensi bencana yang andal dan akurat.

H-HEWS memiliki dua fitur, yakni fitur prediksi cuaca dan fitur peringatan dini cuaca ekstrem yang di dalamnya termasuk peringatan badai pasir.

Prediksi cuaca yang disediakan H-HEWS adalah prediksi curah hujan, suhu udara, kecepatan angin, kelembapan udara, dan tekanan udara. Informasi prediksi disediakan hingga tiga hari ke depan per tiga jam. Sistem beroperasi secara otomatis dan setiap hari meng-update prediksi yang diberikan. Akurasi sistem telah teruji dengan ketepatan prediksi minimal 85 persen.

Sementara itu, peringatan bencana yang disediakan H-HEWS adalah bencana gelombang panas, hujan dan angin ekstrem, serta badai pasir.
Peringatan bencana muncul berdasarkan berbagai data di antaranya data prediksi cuaca, topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Ke depannya, sistem H-HEWS dilengkapi dengan informasi pendukung, seperti data kependudukan, rumah sakit, rumah, dan lain-lain untuk memberikan informasi mitigasi bencana yang lebih komprehensif.

Selain itu, sistem ini memiliki keunggulan dalam tampilan yang dinamis, mudah dipahami dan diimplementasikan. H-HEWS hadir dalam portal website yang memuat versi bahasa Inggris juga bahasa Arab, sehingga masyarakat lokal dan internasional semakin mudah dalam menggunakannya.
tgh/R-1

Bisakah Diterapkan di Indonesia?

Sistem seperti ini bukanlah sistem yang pertama dibangun ITB, karena sebelumnya ITB juga telah berhasil membangun sistem serupa yang diterapkan di Indonesia. ITB telah membangun tiga sistem yang telah digunakan secara operasional, yakni Multi-Hazard Early Warning System (MHEWS), Flood Early Warning and Early Action System (FEWEAS), dan Sistem Informasi Cerdas Agribisnis (SICA).

MHEWS adalah sistem peringatan dini kebencanaan hidrometeorologi yang mampu memprediksi bencana cuaca ekstrem (hujan dan angin ekstrem), banjir, dan longsor untuk 3 hari ke depan, hingga skala desa. FEWEAS adalah sistem peringatan dini yang khusus untuk mendeteksi banjir.

FEWEAS sangat detail menjelaskan potensi banjir 3 hari ke depan yang meliputi prediksi tinggi muka air sungai, tinggi dan luas genangan, dan status siaga. SICA merupakan sistem khusus pertanian yang dapat digunakan untuk mitigasi banjir dan kekeringan yang berpotensi berdampak pada pertanian. SICA menginformasikan potensi banjir atau kekeringan hingga 5 tahun ke depan dalam interval 10-harian kepada petani.

koran jakarta/Teguh Rahardjo

Selain itu, SICA juga membantu petani dalam aktivitas tani dengan memberikan fitur rekomendasi masa tanam berdasarkan prediksi curah hujan hingga 5 tahun ke depan dalam interval 10-harian.

Dengan pengalaman membangun sistem-sistem peringatan dini tersebut, maka H-HEWS diharapkan menjadi suksesor berikutnya. H-HEWS akan dapat dikembangkan dengan fitur-fitur yang lebih lengkap sesuai kebutuhan pemerintah dan masyarakat. Sehingga, H-HEWS dipastikan berhasil membantu masyarakat dalam mengurangi risiko dampak cuaca ekstrem.

Armi mengatakan sistem ini dapat diterapkan di Indonesia untuk mendeteksi datangnya angin badai atau sering disebut puting beliung. Demikian juga untuk peringatan dini datangnya banjir atau memitigasi ancaman kekeringan.

"Sangat bisa, konsepnya sama seperti mewaspadai badai di Arab Saudi. Bisa dipakai di sini juga. Demikian juga dengan hasil penelitian lainnya, sangat bisa diterapkan di sini," tegasnya kepada Koran Jakarta. tgh/R-1

Baca Juga: