JAKARTA-Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo), Gulat Manurung, mendorong kesetaraan harga tandan buah segar (TBS) petani swadaya dengan petani bermitra. Hal ini disampaikan usai dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP Apkasindo oleh Ketua Pembina Dewan Apkasindo, Jend TNI (Purn) Moeldoko di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (9/10).
Gulat menyatakan, dalam lima tahun terakhir, kepemimpinannya telah memberikan banyak manfaat tidak hanya bagi petani sawit, tetapi juga kepada bangsa dan negara ini.
"Memang masih banyak hal-hal yang harus kita kerjakan kita perjuangkan, salah satunya adalah tentang kesetaraan petani swadaya dengan petani sawit bermitra," kata Gulat.
Gulat menyampaikan, persoalan yang terjadi di lapangan yaitu masalah petani sawit swadaya yang tidak dilindungi oleh satu elemen dalam undang-undang di negara ini.
"Tidak ada satu kata pun disebut petani swadaya. Kami sedih. Padahal, petani swadaya itu dari 16,3 juta hektare 6,87 juta hektare itu petani sawit. Sedangkan, petani bermitra cuma 68 persen atau 410 ribu hektare," ungkap dia.
Gulat berharap, pemerintahan baru merevisi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 01 Tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Produksi Pekebun.
Apalagi, kata Gulat, Presiden Terpilih Prabowo Subianto dengan tegas mengatakan akan membela petani sawit swadaya yang tidak mendapatkan haknya.
"Mungkin PR Pak Dirjen yang paling berat, tetapi sekaligus paling ringan adalah bagaimana merevisi Permentan 01, sehingga petani swadaya disebut dalam Permentan tersebut," tegas Gulat.
Gulat menyebutkan, kerugian yang dialami petani swadaya dalam satu minggu terakhir ini mencapai Rp 14,7 juta triliun karena tidak ada kesetaraan harga.
"Kalau hitungan kami bersama Ombudsman satu minggu terakhir kemarin kerugian petani swadaya14,7 triliun karena tidak ada kesetaraan harga," pungkas Gulat.
Ketua Pembina Dewan Apkasindo, Jend TNI (Purn) Dr. Moeldoko pada kesempatan yang sama berharap agar petani didorong untuk meningkatkan produktivitasnya sebab produktivitas petani sawit RI masih kalah dibanding Malaysia.
Petani harus dikenalkan pada teknologi dan bagaimana pengetahuannya menggunakan lahan agar tetap subur,"ucap Moeldoko.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono mengajak Apkasindo untuk berfokus pada peningkatan produktivitas sawit nasional. Dirinya meminta agar kebun sawit dapat ditumpangsarikan dengan tanaman padi gogo untuk mendukung ketahanan pangan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi padi nasional.
Kementerian Pertanian sendiri menargetkan penanaman 500 ribu hektar padi gogo di lahan perkebunan sawit dan kelapa seluruh Indonesia. Langkah ini merupakan implementasi program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan atau yang biasa disebut Kesatria.
"Kita ingin perkebunan sawit bisa ditumpangsarikan dengan padi gogo. Kenapa karena ketahanan pangan dalam negeri itu di antaranya adalah padi dan sawit," katanya.