Sekolah di rumah perlu diperhatikan dampak buruknya, terutama bagi kesehatan baik fisik maupun psikis akibat penggunaan gawai terlalu lama. Pandemi virus korona memang sulit menghindarkan siswa untuk sekolah atau belajar di rumah. "Syarat" bisa sekolah di rumah tentu saja memiliki gawai.

Pertama-tama tentu mata menjadi indera yang paling terdampak karena banyak menggunakan smartphone. Bagi mereka yang matanya sudah minus, bukan tidak mungkin akan bertambah minus. Bahkan yang sebelumnya tidak minus, bisa saja matanya menjadi minus karena terlalu sering dan lama menggunakan gadget. Pelajar dalam usia 12-16 bisa amat berisiko bisa menjadi bermata minus.

Guru besar FK UGM Prof dr Suhardjo SU Sp MA menyebutkan, dampak sekolah sistem daring, menyebabkan fenomena booming myopia. Maknanya, ada pertumbuhan jumlah anak yang mengalami rabun jauh atau miopa. Mereka yang tadinya tidak, jadi harus berkaca mata minus.

Keadaan makin cepat minus bila anak tidak banyak bergerak. Artinya jarang olahraga. Guru Besar Kedokteran UGM itu mengatakan, pendorong percepatan rabun jauh antara lain posisi baca, meja baca yang kurang memenuhi syarat, ruangan yang tidak terang.

Untuk mengatasi ini, ruangan harus benar-benar terang. Anak-anak tidak boleh sambil tiduran atau rebahan menggunakan gawai. Dalam belajar di rumah harus menggunakan meja kelas. Anak harus benar-benar duduk seperti di kelas. Jarak gawai harus ideal, katakanlah 30 senti.

Anak cenderung di dalam rumah karena harus jaga jarak dan menghindari Covid-19 mendorong tidak bergerak, sehingga ini juga makin memungkinkan terjadinya myopia. Malahan hal ini juga bisa terjadi pada orang dewasa yang sekarang juga banyak berada di rumah karena tak lagi ke kantor.

Sesekali berjemur bisa mengurangi gejala miopia. Jangan terlalu dekat gawai saat membaca. Juga gunakan obat tetes mata agar mata tidak kering. Tentu saja semoga semakin banyak anak bisa belajar di sekolah, sebagai "obat" menghindari potensi myopia. hay/G-1*

Baca Juga: