JAKARTA - Pemerintah melakukan sejumlah langkah strategis mengatasi penurunan impor bahan baku pada April 2023. Pemerhati ekonomi memperkirakan tantangan ekonomi pada kuartal II bakal lebih kompleks, sementara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan akan terus berupaya untuk mendorong peningkatan ekspor dan penguasaan pasar dalam negeri.

Terkait fenomena penurunan itu, Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, apabila melihat data Indeks Kepercayaan Industri (IKI) April 2023, persentase pelaku usaha industri yang menyatakan kondisi kegiatan usahanya meningkat dan stabil tercatat sebesar 73,9 persen, serta terjadi tren peningkatan optimisme pelaku usaha industri.

Kemenperin terus berupaya menjalankan sejumlah langkah strategis untuk menjaga pasar bagi produk-produk hasil manufaktur di Indonesia, termasuk kebijakan hilirisasi. Selain untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri serta penguatan struktur industri nasional, Hilirisasi juga meningkatkan peluang tersedianya lapangan pekerjaan baru di Indonesia.

Untuk menguasai pasar domestik, produk dalam negeri harus kompetitif, baik harga maupun kualitas dibandingkan barang impor. "Upaya Kemenperin untuk penguasaan pasar domestik ini ditempuh melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), akselerasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan penyederhanaan aturan sertifikasi TKDN bagi Industri Kecil," ungkapnya di Jakarta, Rabu (17/5)

Seperti diketahui, pada April 2023, total impor mencapai 15,35 miliar dollar AS atau turun 25,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Nilai impor bahan baku penolong pada April 2023 turun 23,26 persen (mtm).

"Nilai impor juga turun untuk seluruh jenis barang impor menurut penggunaan, baik bahan baku/ penolong, barang modal, maupun barang konsumsi. Pola musiman mempengaruhi penurunan kebutuhan bahan baku dan barang modal untuk kegiatan produksi," jelas Febri.

Permalasahan Kompleks

Sementara itu, Direktur Celios, Bhima Yudisthira mengatakan tantangan ekonomi pada kuartal II-2023 khususnya paska Lebaran diperkirakan makin kompleks. Konsumsi rumah tangga bisa saja lebih rendah ketimbang pada periode berikutnya karena indikator inflasi inti pada April 2023 mencapai 2,83 persen secara tahunan (yoy) atau lebih rendah dari Maret sebesar 2,94 persen.

"Inflasi inti menunjukkan dorongan sisi permintaan melemah. Selain itu, pascalebaran adalah low-season sehingga daya dorong konsumsi sebaiknya dibangkitkan dengan mempercepat serapan belanja pemerintah, mengendalikan inflasi sisi pasokan terutama transportasi dan pangan, hingga menurunkan kembali pajak-pajak yang hambat pemulihan ekonomi," jelasnya.

Baca Juga: