Dibutuhkan strategi yang tepat dari semua pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan, baik dari dalam maupun luar negeri.

SURAKARTA - Prospek perekomomian nasional menghadapi sejumlah tantangan berat, baik dari eksternal maupun internal. Karena itu, dibutuhkan langkah antisipasi guna menjaga kinerja perekonomian dalam negeri dalam jalurnya untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas pada 2045.

Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Perry Warjiyo, memperingatkan terdapat lima tantangan ekonomi ke depan yang perlu diantisipasi. "Kami melihat terdapat lima tantangan strategis ke depan yang perlu kita antisipasi untuk mewujudkan Indonesia Maju," ujar Perry dalam Kongres ISEI XXII 2024, di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (19/9).

Tantangan pertama yaitu perubahan siklus ekonomi global yang bergerak dengan cepat. Ketidakpastian global berisiko menimbulkan kerentanan bagi perekonomian Indonesia.

"Karena itu, kebijakan publik dan stabilitas makroekonomi perlu dijaga," tambah dia.

Tantangan berikutnya, pertumbuhan ekonomi global mulai bergeser dari Amerika Serikat (AS) menuju negara-negara, seperti Tiongkok, Indonesia, dan India. Dengan pergeseran itu, hilirisasi dan reformasi struktural makin genting untuk dilakukan.

Tantangan ketiga ialah perubahan demografi. Sementara sejumlah negara maju mengalami penuaan populasi, Indonesia justru didominasi oleh generasi muda.

"Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang," ujar Perry.

Karena itu, Perry berpendapat digitalisasi perlu diperkuat untuk memastikan generasi muda dapat berkontribusi secara maksimal terhadap perekonomian.

Namun, lanjutnya, digitalisasi ekonomi itu menjadi tantangan keempat. Adopsi teknologi digital makin luas di berbagai sektor sejak pandemi Covid-19, termasuk di sektor UMKM.

"Untuk menjaga momentum ini, pemerintah perlu terus mendorong akselerasi digital," ujarnya.

Upaya itu juga turut dilakukan oleh BI. Sebagai contoh, BI menggencarkan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Berdasarkan data terakhir, transaksi QRIS tumbuh pesat sebesar 217,33 persen (year-on-year/ yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 52,55 juta dan jumlah merchant 33,77 juta.

Tak hanya di dalam negeri, BI juga mendorong penggunaan QRIS lintas negara, seperti di Singapura, Malaysia, dan Thailand. "Itulah digitalisasi. Tidak hanya untuk sekarang, tapi juga milenial-milenial ke depan," katanya.

Tantangan terakhir, ujar Perry, yaitu inklusi ekonomi hijau untuk UMKM. Untuk itu, pemerintah perlu memastikan transformasi ini mencakup semua lapisan masyarakat agar inklusi ekonomi dapat tercapai.

Siapkan Strategi

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta ISEI ikut terlibat dalam menyiapkan strategi menghadapi tantangan ekonomi ke depan. "Dunia sekarang ini menghadapi gejolak ketidakpastian, tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami termasuk kita, bahkan negara maju banyak yang masuk ke jurang resesi, terakhir Inggris masuk ke jurang resesi dan yang kita tahu 96 negara sudah menjadi pasien IMF," katanya.

Karena itu, saat ini pemerintah fokus pada pasar kerja. Dia mengatakan ke depan terlalu sedikit peluang kerja untuk jumlah tenaga kerja yang sangat banyak.

"Ini yang harus kita hindari sehingga menurut saya jangan sampai kita terlalu larut dalam situasi global," katanya.

Menurut dia, harus dilakukan perhitungan cermat mengingat pada 2030 Indonesia akan mendapat bonus demografi. Dia mengatakan hal ini bisa menjadi sebuah kekuatan, tetapi juga bisa menjadi sebuah beban.

"Inilah tantangan yang paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak. Sekarang kita fokus membuka lapangan kerja, namun kita juga menghadapi tantangan yang sangat berat, semua negara mengalaminya," katanya.

Baca Juga: