Pertanian memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa selama covid-19 pertanian memberikan sumbangan ekonomi yang cukup baik dan bahkan relatif lebih stabil dibandingkan dengan sektor lainnya.
Muhammad Joni Iskandar dari Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Gunung Rinjani, menuturkan nilai multifungsi yang besar terutama usaha tani lahan sawah dapat meningkatkan ketahanan pangan, kesejahteraan petani dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pertanian yang memiliki nilai multifungsi dengan program lahan pertanian abadi memberikan pertumbuhan dalam perekonomian Indonesia. Maka pembangunan sektor pertanian dianggap suatu yang penting dari seluruh pembangunan ekonomi lainnya.
Sektor pertanian sebagai penunjang ketahanan pangan nasional sekaligus sebagai media kesejahteraan masyarakat. Hal ini mendorong petani nasional meningkatkan skala efisiensi produksi sehingga pendapatan mereka meningkat stabilitas pangan nasional pun terjaga. Produksi pangan yang cukup tentunya dipengaruhi secara simultan bekerjanya banyak faktor produksi antara lain benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Mayoritas persoalan petani secara keseluruhan berada pada lingkup faktor produksi. Jika persoalan dasar produksi pertanian tidak diatasi dengan baik maka krisis pangan nasional bisa terjadi kapan pun. Ditambah pertumbuhan jumlah penduduk tinggi kebutuhan pangan pun tinggi. Kemudian produksi harus ditekan mengikuti pertumbuhan penduduk bahkan lebih tinggi dari yang seharusnya.
Namun, Joni menyampaikan produksi tinggi masih menjadi persoalan utama produsen usahatani sekaligus menjadi isu strategis saat ini. Berbagai upaya mulai dilakukan seperti intensifikasi, program modernisasi dan diversifikasi pangan nasional namun hal ini pun masih belum memberikan hasil nyata. Karena persoalan utamanya berada dilingkup dasar pembangunan usahatani. Persoalan utama saat ini adalah krisis tenaga kerja secara masal. Ketersediaan tenaga kerja bidang pertanian sangat rendah dan sudah termasuk krisis. Menurut umur sudah aging (menua).
Selain itu, kemauan untuk bekerja pada bidang pertanian rendah. Anggapan mereka bekerja disektor pertanian hanya mampu memenuhi kebutuhan pada saat itu. Kotor, panas dan tidak memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Hasilnya banyak terjadi tenaga kerja alih profesi ke tenaga kerja lain. Jika tenaga kerja ini tidak didukung dengan regenerasi tentu hal ini memicu risiko ketahanan pangan nasional berkelanjutan.
Atas dasar itu, Joni menilai krisis tenaga kerja pertanian nasional bisa diantisipasi melalui tenaga kerja model besiru. Besiru merupakan istilah bahasa sasak untuk menggambarkan sistem tenaga kerja secara bergantian dari anggota kelompok tani satu ke lainnya. Model besiru berjalan secara penuh didasarkan atas kesepakatan bersama. Lingkupnya adalah seluruh anggota kelompok tani.
Joni menjelaskan skema pelaksanaan didasarkan pada luasan lahan per anggota kelompok tani sehingga tidak terjadi distorsi waktu tenaga kerja. Sebetulnya model ini sudah lama digunakan kemudian seiring sosio-kultural masyarakat yang cenderung memiliki persepsi buruk terhadap pertanian menjadi tidak digunakan. Namun saat ini, model tenaga kerja besiru menjadi strategi multifungsi sektor pertanian nasional didalam mengentaskan persoalan tenaga kerja. Bukan hanya bidang pertanian model bersiru juga bisa diadopsi pada bidang lainnya. Mengingat Indonesia lambat launakan berhadapan dengan krisis pangan nasional akibat stok tenaga kerja terbatas. (IKN/TSR)