Sejumlah wilayah di Indonesia saat ini mulai memasuki musim kemarau yang dikhawatirkan bisa menyebabkan bencana kekeringan.

JAKARTA - Dampak kemarau berkepanjangan tersebut nantinya bisa mengganggu produktivitas sektor pertanian, terutama produksi pangan. Karena itu, pemerintah dan para stakeholder terkait perlu menyusun langkah antisipasi dampak musim kemarau terhadap pertanian.

Badan Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau mulai terjadi di beberapa wilayah sehingga cuaca panas juga mulai dirasakan. Bahkan, tercatat wilayah Lampung mengalami suhu terpanas hingga 36 derajat Celsius dalam tiga hari terakhir.

"Suhu tertinggi dalam tiga hari terakhir tercatat 36 derajat Celsius di Lampung," kata Kepala Pusat BMKG, Fachri Radjab, di Jakarta, Selasa (20/4).

Sedangkan untuk wilayah Jabodetabek dalam tiga hari terakhir suhu tertinggi tercatat mencapai 34 derajat Celsius di Ciputat.

Dia mengatakan saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Karena sudah musim kemarau, sehingga pemanasan matahari jadi tinggi maka suhu naik, akibatnya cuaca yang dirasakan panas.

Sebelumnya, BMKG memprakirakan sebanyak 29,8 persen dari 342 zona musim di Indonesia akan mengawali musim kemarau pada bulan April 2022. Zona musim kemarau pada April 2022 yakni sebagian kawasan Nusa Tenggara, juga zona musim di Bali dan sebagian Jawa.

Kemudian, sebanyak 22,8 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada Mei 2022, meliputi sebagian Bali, Jawa, sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan, Maluku, dan sebagian Papua.

Sementara itu, sebanyak 23,7 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada Juni 2022, meliputi Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan sebagian Papua. Sedangkan untuk 23,7 persen wilayah lainnya, awal musim kemarau tersebar pada Januari, Maret, Juli, Agustus, September, dan Oktober.

Untuk itu, pemerintah perlu melakukan upaya antisipasi dan mitigasi bencana kekeringan selama kemarau yang bisa mengganggi produksi sektor pertanian, khususnya tanaman pangan.

Siapkan Mitigasi

Sementara itu, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan antisipasi dini terhadap ancaman musim kemarau tahun ini. Dirjen Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, memfasilitasi sarana dan prasarana dampak perubahan iklim sebagai langkah mitigasi pengamanan produksi komoditas hortikultura strategis hadapi musim kemarau.

"Kami sudah menyiapkan anggaran untuk bantuan dampak perubahan iklim (DPI) dari pompa air sampai teknologi hemat air yang sesuai dengan kebutuhan wilayah setempat untuk antisipasi musim kemarau," terang Prihasto di Jakarta, Rabu (20/4).

Hal itu, terang Prihasto, sebagai tindak lanjut dari instruksi Menteri Pertanian soal pengaman produksi dan stok bangan pangan pokok/ strategis. Mentan kata dia sangat konsen menjaga produksi di tengah kondisi iklim yang tidak menentu saat ini. Mentan meminta kepada seluruh jajarannya agar meningkatkan upaya khusus berupa langkah adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.

Pelaksana Harian Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashwari mengungkapkan pada 2022, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan telah mengalokasikan bantuan sarana prasarana dampak perubahan iklim sebanyak 210 hektar (ha).

Baca Juga: