Anjing rakun diketahui dapat membawa dan menularkan virus yang mirip dengan SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid.

PARIS - Bukti baru tentang anjing rakun berada di pasar Tiongkok tempat Covid diduga pertama kali menginfeksi manusia telah menghidupkan kembali perdebatan tentang asal usul pandemi.

Para peneliti yang secara tak terduga menemukan data genetik mengatakan bahwa data itu mendukung teori bahwa virus itu berasal dari hewan, mungkin pertama kali berpindah ke manusia di pasar di kota Wuhan.Namun tidak dapat membuktikan secara pasti.

Masalah ini terbukti memecah komunitas ilmiah, bahkan lembaga pemerintah AS. Beberapa berpendapat mengatakan bahwa virus tersebut kemungkinan bocor dari laboratorium Wuhan. Klaim yang dibantah keras oleh Tiongkok.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Covid, mengatakan, data baru itu "tidak memberi kita jawaban tentang bagaimana pandemi dimulai, tetapi memberikan lebih banyak petunjuk".

Data tersebut berasal dari swab yang dikumpulkan oleh tim Tiongkok pada Januari dan Februari 2020 di Pasar Makanan Laut Huanan, lokasi salah satu klaster Covid paling awal, sebelum ditutup dan dibersihkan.

Peneliti internasional, termasuk seorang ahli biologi evolusi di badan penelitian CNRS Prancis Florence, Debarre, terkejut menemukan data di database sains global GISAID awal bulan ini.

Mereka berhasil mengunduh data tersebut sebelum dihapus dari GISAID atas permintaan peneliti Tiongkok yang pertama kali mengunggahnya.

Debarre dan rekannya memberi tahu WHO tentang penemuan mereka minggu lalu, ketika beberapa media mulai melaporkan keberadaan data tersebut.

Potongan Teka-teki

Minggu ini para peneliti menerbitkan sebuah laporan yang mengatakan, DNA dari sampel menunjukkan bahwa anjing rakun, musang palem, landak Amur, dan tikus bambu berada di pasar tersebut.

Anjing rakun, yang kerabat terdekatnya adalah rubah, secara khusus diketahui dapat membawa dan menularkan virus yang mirip dengan SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid.

Artinya, mereka bisa saja bertindak sebagai inang perantara antara manusia dan kelelawar, yang diduga sebagai asal mula Covid.

Beberapa sampel yang mengandung DNA anjing rakun juga positif SARS-CoV-2.

Namun karena sampel diambil dari lokasi di pasar dan bukan langsung dari hewannya, tidak mungkin membuktikan bahwa anjing rakun tersebut mengidap Covid.

Khususnya, bahwa hanya ada sedikit DNA manusia di salah satu sampel positif, meningkatkan kemungkinan bahwa anjing rakunlah yang memiliki virus tersebut.

"Kami tidak dapat menunjukkan dengan pasti bahwa hewan itu terinfeksi, tetapi itu adalah penjelasan yang masuk akal," kata Debarre kepada AFP.

Sekalipun dapat dibuktikan bahwa anjing rakun terinfeksi, akan sulit untuk menunjukkan mereka menularkan Covid kepada manusia, dan bukan sebaliknya.

Data tersebut "satu bagian tambahan dari teka-teki yang mendukung asal mula pandemi yang terkait dengan perdagangan hewan di Wuhan," kata ahli virologi Connor Bamford dari Queen's University Belfast.

Tapi "itu tidak mungkin memberikan bukti yang tak terbantahkan," katanya di situs web The Conversation.

Data Masih Hilang

Ada desakan agar semua informasi tentang asal-usul Covid dirilis ke publik.

Presiden AS Joe Biden menandatangani undang-undang awal pekan ini yang mendeklasifikasi materi intelijen tentang masalah tersebut, setelah departemen energinya menyimpulkan dengan "keyakinan rendah" bahwa virus itu mungkin berasal dari laboratorium.

Penilaian itu bertentangan dengan kesimpulan beberapa lembaga AS lainnya, tetapi tidak dengan FBI.

Setelah diberitahu tentang sampel baru Huanan, WHO kembali meminta Tiongkok merilis semua datanya sejak awal pandemi.

"Data ini bisa saja, dan seharusnya, dibagikan tiga tahun lalu," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus akhir pekan lalu.

Alice Hughes, seorang ahli analitik keanekaragaman hayati di University of Hong Kong, mengatakan bahwa beberapa peneliti di Tiongkok telah mengetahui keberadaan sampel tersebut sejak April 2020.

Hughes mengatakan kepada AFP bahwa informasi "sangat penting" ini seharusnya dipublikasikan lebih awal. Dia yakin "sangat mungkin ini adalah sumber limpahan SARS-CoV-2".

Penulis laporan baru mengatakan, banyak data masih hilang.

Ada "data yang sangat penting yang menjelaskan awal pandemi" yang "tidak dapat dibagikan oleh para peneliti karena itu bukan milik kami," kata Debarre.

"Semakin banyak orang yang menyelidikinya, semakin banyak informasi yang bisa kami dapatkan," katanya.

Baca Juga: