WASHINGTON - Laporan terbaru menyebutkan, Rusia telah melatih angkatan lautnya untuk menyerang target-target North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Eropa, termasuk menggunakan rudal berkemampuan nuklir, sebagai persiapan untuk kemungkinan konflik dengan aliansi tersebut.
Dari Newsweek, arsip rahasia Rusia dilaporkan menggambarkan angkatan laut mampu meluncurkan "serangan mendadak dan pendahuluan" dan "serangan rudal besar-besaran," sementara pejabat militer Moskow menggarisbawahi manfaat serangan nuklir tahap awal.
"Mereka ingin ketakutan akan penggunaan senjata nuklir Rusia menjadi kunci ajaib yang membuka kepatuhan Barat," kata mantan pejabat NATO, William Alberque kepada Financial Times.
Armada Laut Hitam Rusia telah menerima serangan yang signifikan dan merusak di sekitar Ukraina, tetapi Moskow tetap mempertahankan kekuatan angkatan laut yang tangguh di tempat lain. Armada kapal selamnya dianggap sangat kuat, sementara armada permukaannya tertinggal.
Berkas dari tahun 2008 hingga 2014, yang dilihat oleh Financial Times, menunjukkan daftar target NATO di seluruh benua untuk potensi serangan rudal Rusia yang meluas, menggunakan hulu ledak konvensional atau senjata nuklir taktis.
"Armada Baltik Rusia akan menargetkan lokasi yang sebagian besar berada di Norwegia dan Jerman, termasuk pangkalan angkatan laut besar Oslo di Bergen, demikian dilaporkan surat kabar tersebut. Kabarnya, salah satu target yang ditetapkan untuk Armada Utara Moskow adalah galangan kapal selam di Inggris barat laut," tulis Newsweek.
Dokumen-dokumen tersebut diperlihatkan kepada FT oleh sumber-sumber Barat, demikian laporan surat kabar tersebut, dengan tambahan bahwa peta target tersebut "dipakai untuk keperluan presentasi dan bukan keperluan operasional."
"Serangan ini akan menempatkan aset NATO yang tersebar di seluruh benua dan jauh di belakang setiap bentrokan darat garis depan di sisi timur, dalam bahaya segera selama konflik dengan Rusia," kata para analis kepada outlet tersebut.
Newsweek telah menghubungi Kementerian Pertahanan Rusia dan NATO untuk memberikan komentar melalui email.
Meskipun dokumen-dokumen tersebut berasal dari sebelum invasi besar-besaran Kremlin ke Ukraina, perang lebih dari dua tahun di negara itu telah membawa diskusi seputar senjata nuklir kembali ke permukaan.
"Ide konflik nuklir, yang dulu tidak terpikirkan, kini menjadi subjek perdebatan," kata Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres beberapa bulan setelah pasukan Moskow membanjiri Ukraina.
Pejabat terkemuka Rusia, seperti mantan Presiden Dmitry Medvedev , dan komentator televisi pemerintah Rusia sering menyinggung atau secara langsung merujuk pada prospek perang nuklir. Beberapa pembawa acara dan tamu media pemerintah telah menyarankan agar Moskow melancarkan serangan nuklir ke negara-negara seperti AS dan Inggris, yang mendukung upaya perang Kyiv.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan awal tahun ini bahwa ia tidak akan mengesampingkan kemungkinan mengadaptasi doktrin nuklir Rusia, yang memetakan keadaan di mana Moskow akan menggunakan senjata nuklir.
Pemimpin Kremlin itu menggambarkan negara-negara Eropa yang mendukung Ukraina sebagai "kurang lebih tidak berdaya." Beberapa hari sebelumnya, Putin mengatakan negara-negara NATO Eropa yang lebih kecil dan "padat penduduknya" yang memberikan dukungan kepada Kyiv "harus menyadari apa yang mereka perjuangkan."
Laporan awal tahun ini menunjukkan bahwa Rusia telah mempraktikkan pengerahan senjata nuklir taktis sejak awal dalam perang potensial dengan kekuatan dunia besar lainnya. Senjata nuklir taktis kurang merusak dibandingkan senjata nuklir strategis dengan hulu ledak yang lebih besar, tetapi masih sangat kuat dalam menghancurkan target yang lebih kecil di medan perang.