Persentase angkatan kerja dari lulusan pendidikan vokasi mengalami peningkatan.
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, mengatakan, persentase angkatan kerja dari lulusan pendidikan vokasi mengalami peningkatan. Meski demikian, tetap perlu strategi baru untuk pemajuan pendidikan vokasi yang lebih responsif, relevan, inklusif, inovatif, dan efektif.
"Persentase penduduk bekerja terhadap angkatan kerja relatif dari tahun 2020 sampai 2023 mengalami peningkatan," ujar Kiki, dalam Ekspose Pendidikan Vokasi 2020-2024 dan Evaluasi Capaian Pelaksanaan Program Semester I Tahun 2024, di Jakarta, pekan lalu.
Dia menerangkan, untuk lulusan SMK mengalami peningkatan sebesar 1,87 persen. Sedangkan, lulusan diploma I/II/III mengalami peningkatan sebesar 1,08 persen.
"Ada peningkatan juga untuk lulusan diploma IV, S-1, S-2, S-3 mengalami peningkatan sebesar 0,05 persen," tuturnya.
Strategi Baru
Kiki mengungkapkan, pentingnya strategi baru pemajuan pendidikan vokasi dalam rangka menyiapkan Generasi Emas 2045. Dalam periode 2020-2024, pihaknya memastikan satuan pendidikannya bisa menyelenggarakan praktik kerja lapangan (PKL), menyusun kurikulum bersama industri, serta mengundang para praktisi untuk mengajar.
"Tugas kita adalah memfasilitasi satuan pendidikan vokasi termasuk menghadirkan praktisi mengajar karena inspirasi bisa datang dari mana saja," ucapnya.
Dia menerangkan, terdapat tiga fokus transformasi pendidikan vokasi meliputi sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi vokasi (PTV), serta lembaga kursus dan pelatihan (LKP). Menurutnya, capaian kemitraan dan penyelarasan dalam ekosistem pendidikan vokasi juga mengalami peningkatan.
Kiki mengungkapkan, terdapat 746 kemitraan baru melalui program Ekosistem Kemitraan, 8.223 kerja sama bersama dunia usaha dan dunia industri (DUDI) di bawah pendidikan vokasi. Selain itu, kata dia, 1.655 DUDI terlibat kerja sama dalam pendidikan vokasi, dan 255 skema sertifikasi pada 124 konsentrasi keahlian.
"Untuk melakukan transformasi, kita harus memastikan fondasinya sudah kuat. Fondasi utamanya ialah memastikan bahwa transformasi tersebut fokusnya untuk kepentingan peserta didik," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, menuturkan bahwa betapa pentingnya bagi pendidikan untuk selalu melakukan terobosan. Menurutnya, ke depan pendidikan kejuruan perlu mempertimbangkan kebutuhan daerah.
"Saya membayangkan transformasi pendidikan vokasi yang begitu cepat apabila pengembangkan pendidikan kejuruan bisa disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Saya yakin, pendidikan vokasi akan menjadi solusi masa depan Indonesia," tuturnya. ruf/S-2