Penyanyi Andin Komala mengaku sempat deg-degan saat tampildi depan ibu-ibu Bhayangkari, Rabu (30/8) lalu, di gedung Wisma Bhayangkari dalam acara seminar tentang Terorisme dan Radikalisme. Meski begitu, nyatanya Andin tampil memukau di dalam kesempatan itu. Andin didukung oleh semua personelnya yang penyandang tuna netra, seperti Oky (gitar), Joel (gitar rhythm) Ari (bas), Rifky (biola), dan Vano (cajon). Sedangkan Surya Sahetapy sebagai penerjemah musik bagi yang tuna rungu.

Ketika ditanya apa nama grup yang baru dibentuk itu, Andin terlihat gelagapan. Selama ini ternyata ia belum sempat memikirkan nama grup musik yang berisi para kaum tuna netra, hanya vokalisnya saja yang normal. Tapi, Andin mengaku jujur, kepekaan para personel pengiringnya tersebut memiliki tingkat musikalitas dan kepekaan dua kali lipat dibanding orang normal.

"Nama grup kami belum memikirkan. Kami masih bingung mau pakai nama apa. Yang formil atau yang lebih santai. Tapi kami sempat terpikir akan diberi nama Brak, karena para personelnya sering nabrak kalau jalan. maklum mereka tuna netra. Atau bisa juga Sagang alias salah pegang. Nama-nama itu justru muncul dari mereka yang tuna netra. Mereka itu selalu tertawa bercanda seperti tidak pernah sedih," ungkap Andin saat ditemui usai pementasan pada Rabu (30/8) lalu.

Dalam pementasan di Wisma Bhayangkari tersebut, Andin menyanyikan dua lagu berjudul Bendera, yang dipopulerkan oleh grup band Cokelat, dan lagu berjudul Laskar Pelangi dari Nidji. Sebelumnya, Andin memang lebih sering melakukan eksperimen dalam bermusik. Semisal pada 9 April 2017 lalu, Andin tampil bersama kelompok musiknya yang diisi oleh musisi tuna netra, yang diberi nama Deaf People Project.

Grup musik itu digawangi oleh Andin Komalla dan Surya Sahetapy yang megisi formasi Pianopenyandang tuli, Marsya (biola) penyandang tuli, Fachry (drum) penyandang tuna netra dan dua personel lain. Andin tampil menjadi vokalis, dan Osvaldo sebagai komposer dan synthesizer. Setelah sempat bermain dengan para penyandang tuli, Andin Komalla pun mencoba tampil bermusik dengan para tuna netra.

"Perbedaan pementasan sekarang dengan yang dulu, kalau saat di Ecopark kita tampil nyanyi didukung para penyandang tuli, sekarang para tuna netra. Jadi ibaratnya, dulu itu mengajakikan bisa terbang dan burung menyelam, jadi sangat berat. Bayangkan saja orang tuli diajak bermusik, seperti ikan yang mahir berenang dipaksa terbang," ungkap Andin, baru-baru ini, di Jakarta.

Beruntung, sebagai anak anggota Polri, Andin diberikan kesempatan dan dukungan dari ketua umum Bhayangkari Tri Tito Karnavian, dan juga wakil ketua umum bhayangkari, Mulyani Syafruddin, yang juga sangat peduli dan perhatian kepada kaum disabilitas di Indonesia. Selain itu juga dukungan datang dari ketua Bhayangkari daerah Sumatra Barat, tempat ayahnya bertugas, yaitu Ade Fakhrizal, sehingga mereka dapat tampil maksimal. yzd

Baca Juga: